Selasa, 11 Juni 2013

Makalah Filsafat Sejarah Abad Pertengahan

Diposting oleh Unknown di 22.33
A.    Pendahuluan
Abad pertengahan merupakan kurun waktu yang khas. Secara singkat dikatakan bahwa dominasi agama kristen sangat menonjol. Perkembangan alam pikiran harus disesuaikan dengan ajaran agama. Demikian pula filsafat, harus diuji apakah tidak bertentangan dengan ajaran agama islam.

Filsafat abad pertengahan menggambarkan suatu zaman yang baru di tengah-tengah suatu perkumpulan bangsa yang baru, yaitu bangsa eropa barat. Filsafat yang baru ini disebut skolastik.
Pada masa pertumbuhan dan perkembangan filsafat eropa (sekitar lima abad) belum memunculkan ahli pikir (filosuf), akan tetapi setelah abad ke-6 masehi, baru muncul ahli pikir yang mengadakan penyelidikan filsafat. Jadi, filsafat Eropa yang mengawali kelahiran filsafat barat abad pertengahan.
Filsafat barat abad pertengahan (476-1492 M) juga dapat dikatakan sebagai abad gelap. Berdasarkan pada pendekatan sejarah gereja, saat itu tindakan gereja sangat membelenggu kehidupan manusia. Manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya. Para ahli pikir saat itu juga tidak mempunyai kebebasan berpikir. Apalagi  terdapat pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan agama ajaran gereja.
Siapa pun orang yang mengemukakannya akan mendapatkan hukuman berat. Pihak gereja melarang diadakannya penyelidikan-penyelidikan berdasarkan rasio terhadap agama. Karena itu, kajian terhadap agama (teologi) yang tidak berdasarkan ketentuan gereja akan mendapatkan larangan ketat. Yang berhak mengadakan penyelidikan terhadap agama hanyalah pihak gereja. Kendati demikian, ada juga yang melanggar peraturan tersebut dan mereka dianggap orang murtad dan kemudian diadakan pengejaran (inkuisisi).
Abad pertengahan ditandai dengan berintegrasinya filsafat yunani dengan agama Kristen sehingga  formula memungkinkan adanya perkembangan dengan pembaharuan dalam filsafat karena adanya pengaruh agama Kristen .
Masa abad peetengahan tercatat dalam sejarah adalah masa kelam dan kemunduran filsafat. Penyebab mundurnya filsafat pada abad pertengahan adalah karena  terbelenggunya potensi – potensi manusia, Juga tidak ada kebebasan berfikir . Hal ini terjadi karena kesalah pada cara pendekatan dari agama kristen . Dimasa ini adalah penuh dengan dominasi gereja. Tujuannya adalah untuk membimbing umat kearah hidup yang saleh tetapi menjadi salah karena dalam pelaksanaanya tanpa memikirkan  martabat  dan kebebasan manusia mengengkang pemikiran – pemikiran dan masa depan mereka, karena itu pula pada masa ini perkembangan ilmu pengetahuan terhambat.

B.     ISI
                   Alam Filsafat
Filsafat berasal dari bahasa Yunani “Philos dan Shopia”. Philos artinya senang, cinta dan gemar dan Shopia artinya hikmat atau kebenaran, kebijaksanaan. Philoshopia artinya cinta atau gemar, senang pada kebenaran, atau hikmat serta kebijaksanaan. (Tamburaka, 1999:128)
Filsafat adalah induk ilmu pengetahuan. Istilah filsafat telah dikenal manusia sejak 2.000 tahun yang lalu, pada masa Yunani kuno. Di Miletos, Asia Kecil, tempat perantauan orang Yunani, di sanalah awal mula munculnya filsafat. Mula-mula jejak sejarah awal filsafat ini, ditandai oleh munculnya tokoh-tokoh pemikir besar pada zaman itu seperti Thales, Anaximandros dan Anaximenes.
Filsafat adalah ilmu yang meneropong hal-hal yang diketahui setiap orang, tanpa dimengertinya. Filsafat hanya bisa kita pelajari sebagai sesuatu yang bermanfaat jika kita yakin, bahwa alam semesta berpatokan pada prinsip yang berada dan bergerak dalam setiap hal/barang, namun sekedar bakat-bakat yang secara terbatas terkandung dalam barang itu.
Filsafat sejarah adalah suatu bagian filsafat yang ingin menyelidiki sebab-sebab terakhir dari suatu peristiwa, serta ingin memberikan jawaban atas sebab dan segala alasan segala peristiwa.
                   Pandangan Umum tentang Filsafat Abad Pertengahan
Sejarah filsafat Abad Pertengahan dimulai kira-kira pada abad ke-5 sampai awal abad ke-17. Para sejarawan umumnya menentukan tahun 476, yakni masa berakhirnya Kerajaan Romawi Barat yang berpusat di kota Roma dan munculnya Kerajaan Romawi Timur yang kelak berpusat di Konstantinopel (sekarang Istambul), sebagai data awal zaman Abad Pertengahan dan tahun 1492 (penemuan benua Amerika oleh Columbus) sebagai data akhirnya.
Masa ini diawali dengan lahirnya filsafat Eropa. Sebagaimana halnya dengan filsafat Yunani yang dipengaruhi oleh kepercayaan, maka filsafat atau pemikiran pada Abad Pertengahan pun dipengaruhi oleh kepercayaan Kristen. Artinya, pemikiran filsafat Abad Pertengahan didominasi oleh agama.
Periode abad pertengahan mempunyai perbedaan yang mencolok dengan abad sebelumnya. Perbedaan ini terletak pada dominasi agama. Timbulnya agama kristen pada permulaan abad masehi membawa perubahan besar terhadap kepercayaan agama. Zaman pertengahan adalah zaman keemasan bagi kekristenan.
  Disinilah yang menjadi persoalannya, karena agama kristen itu mengajarkan bahwa wahyu tuhanlah yang merupakan kebenaran sejati. Hal ini berbeda dengan pandangan yunani kuno mengatakan bahwa kebenaran dapat di capai oleh kemampuan akal.
Filsafat Abad Pertengahan dicirikan dengan adanya hubungan erat antara agama Kristen dan filsafat. Dilihat secara menyeluruh, filsafat Abad Pertengahan memang merupakan filsafat Kristiani. Oleh karena itu, kiranya dapat dikatakan bahwa filsafat abad pertengahan adalah suatu filsafat agama dengan agama kristiani sebagai basisnya.
Agama Kristen menjadi problema kefilsafatan karena mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran yang sejati. Hal ini berbeda dengan pandangan yunani kuno yang mengatakan bahwa kebenaran dapat dicapai oleh kemampuan akal. Mereka belum mengenal adanya wahyu.
Mengenai sikap terhadap pemikiran Yunani ada dua.
1.     Golongan yang menolak sama sekali pemikiran Yunani, karena pemikiran Yunani merupakan pemikiran orang kafir karena tidak mengakui wahyu.
2.     Menerima filsafat yunani yang mengatakan bahwa karena manusia itu ciptaan Tuhan maka kebijaksanaan manusia berarti pula kebijaksanaan yang datangnya dari Tuhan. Mungkin akal tidak dapat mencapai kebenaran yang sejati. Oleh karena itu, akal dapat dibantu oleh wahyu.
Secara garis besar, filsafat abad pertengahan dapat dibagi menjadi dua periode yaitu Zaman Patristik dan Zaman Skolastik.
a.      Zaman Patristik
Patristik berasal dari kata patres (bentuk jamak dari pater) yang berarti bapak-bapak. Yang dimaksudkan adalah para pujangga Gereja dan tokoh-tokoh Gereja yang sangat berperan sebagai peletak dasar intelektual kekristenan. Mereka khususnya mencurahkan perhatian pada pengembangan teologi, tetapi dalam kegiatan tersebut mereka tak dapat menghindarkan diri dari wilayah kefilsafatan.
Mereka ada yang menolak filsafat yunani tetapi ada juga yang menerimanya. Bagi mereka yang menolak alasannya Karena beranggapan bahwa sudah mempunyai sumber kebenaran yaitu firman Tuhan. bagi mereka yang menerima sebagai alasannya tidak ada jeleknya juga menggunakan filsafat Yunani hanya di ambil metodenya saja (tata cara berpikir).
Orang-orang yang menerima filsafat Yunani menuduh bahwa mereka (orang-orang Kristen yang menolak filsafat Yunani) itu munafik. Orang-orang yang menolak filsafat yunani itulah yang mengatakan dirinya yang benar-benar hidup sejalan dengan Tuhan.
Akibatnya, muncul upaya untuk membela agama Kristen yaitu para apologis (pembela iman Kristen) yakni Justinus Martir, Irenaenus, Klemens, Origenes, Gregorius, Nasaa, Tertullianus, Diosis Arepagos, Au-relius Augustinus.
Masa Patristik dibagi atas Patristik Yunani (atau Patristik Timur) dan Patristik Latin (atau Patristik Barat).
Filsafat patristik mengalami kemunduran sejak abad V hingga abad VIII. Di barat dan timur tokoh-tokoh dan pemikir-pemikir baru dengan corak pemikiran yang berbeda dengan masa patristik.
b.   Zaman Skolastik
Zaman Skolastik dimulai sejak abad ke-9. Kalau tokoh masa Patristik adalah pribadi-pribadi yang lewat tulisannya memberikan bentuk pada pemikiran filsafat dan teologi pada zamannya, para tokoh zaman Skolastik adalah para pelajar dari lingkungan sekolah-kerajaan dan sekolah-katedral yang didirikan oleh Raja Karel Agung (742-814) dan kelak juga dari lingkungan universitas dan ordo-ordo biarawan.
Filsafat mereka disebut “Skolastik” (dari kata Latin “scholasticus”, “guru”), karena pada periode ini filsafat diajarkan dalam sekolah-sekolah, biara dan universitas-universitas menurut suatu kurikulum yang baku dan bersifat internasional.
Kata sifat yang berasal dari kata school, berarti sekolah. Skolastik berarti aliran yang berkaitan dengan sekolah.
            Terdapat beberapa pengertian dan corak khas skoalstik , yakni :
a.       Filsafat skolastik adalah filsafat yang mempunya corak semata-mata agama. Dan sebagai bagian dari kebudayaan abad pertengahan yang religious.
b.      Filsafat skolastik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang rasional memecahkan amsalah-masalah mengenai berpikir, sifat ada, kerohanian, kejasmanian, baik buruk.
c.       Filsafat skolastik adalah suatu system filsafat yang termasuk jajaran pengetahuan alam kodrat, akan dimasukan ke dalam bentuk sintesis yang lebih tinggi antara kepercayaan dan akal.
d.      Filsafat skolastik adalah filsafat nasrani karena banyak di pengaruhi oleha ajaran gereja.
Periode ini terbagi menjadi tiga tahap:
1.            Periode Skolastik awal (800-120)
Ditandai oleh pembentukan metode yang lahir karena hubungan yang rapat antara agama dan filsafat. Yang tampak pada permulaan ialah persoalan tentang universalia. Ajaran Agustinus dan neo-Platonisme mempunyai pengaruh yang luas dan kuat dalam berbagai aliran pemikiran.
Baru abad ke 8 masehi, kekuasaan berada di bawah Karel Agung (742-814) dapat memberikan ketenangan dalam bidang politik, kebudayaan dan ilmu pengetahuan termasuk kehidupan manusia serta pemikiran filsafat yang semuanya menampakkan mulai adanya kebangkitan.
Kurikulum pengajarannya meliputi studi duniawi atau artes liberalis meliputi tata bahasa, retorika, dialektika, (Seni berdiskusi), ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu perbintangan dan music.
Pada periode ini, diupayakan misalnya, pembuktian adanya Tuhan berdasarkan rasio murni, jadi tanpa berdasarkan Kitab Suci (Anselmus dan Canterbury). Problem yang hangat didiskusikan pada masa ini adalah masalah  universalia dengan konfrontasi antara “Realisme” dan “Nominalisme” sebagai latar belakang problematisnya. Selain itu, dalam abad ke-12, ada pemikiran teoretis mengenai filsafat alam, sejarah dan bahasa, pengalaman mistik atas kebenaran religious pun mendapat tempat.
2.      Periode puncak perkembangan skolastik (abad ke-13)
Periode puncak perkembangan skolastik : dipengaruhi oleh Aristoteles akibat kedatangan ahli filsafat Arab dan yahudi. Filsafat Aristoteles memberikan warna dominan pada alam pemikiran Abad Pertengahan. Aristoteles diakui sebagai Sang Filsuf, gaya pemikiran Yunani semakin diterima, keluasan cakrawala berpikir semakin ditantang lewat perselisihan dengan filsafat Arab dan Yahudi. Universitas-universitas pertama didirikan di Bologna (1158), Paris (1170), Oxford (1200), dan masih banyak lagi universitas yang mengikutinya. Pada abad ke-13, dihasilkan suatu sintesis besar dari khazanah pemikiran kristiani dan filsafat Yunani.
Masa kejayaan skolastik yang berlangsung dari tahun 1200-1300 dan masa ini juga disebut masa berbunga. Dengan munculnya universitas dan ordo yang secara bersama ikut meamjukan ilmu pengetahuan.
Faktor mengapa masa skolastik mencapai puncaknya :
a.       Adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina sejak abad ke 12 sehingga sampai abad ke 13 telah tumbuh menajdi ilmu pengetahuan yang luas.
b.      Tahun 1200 didirikannya universitas Almamater di Prancis. Almamater inilah merupakan embrio / awal berdirinya universitas di Paris, di Oxford di Mont Pellier di Cambridge dll.
c.       Berdirinya ordo-ordo. Hal ini berpengaruh terhadap kehidupan kerohanian dimana kebanyakan tokoh-tokohnya memegang peran dibidang filsafat dan teologi seperti Albertus de Grote, Thomas Aquinas, Benaventura,J.D.Scouts, William Ocham.
3.      Periode Skolastik lanjut atau akhir (abad ke-14-15)
Masa ini ditandai dengan adanya rasa jemu terhadap segala pemikiran filsafat yang menjadi kiblatnya sehingga memperlihatkan stagnasi(kemandegan).
Periode skolastik Akhir abad ke 14-15 ditandai dengan pemikiran islam yang berkembang kearah nominalisme ialah aliran yang berpendapat bahwa universalisme tidak memberi petunjuk tentang aspek yang sama dan yang umum mengenai adanya sesuatu hal. Kepercayaan orang pada kemampuan rasio memberi jawaban atas masalah-masalah iman mulai berkurang. Ada semacam keyakinan bahwa iman dan pengetahuan tidak dapat disatukan. Rasio tidak dapat mempertanggungjawabkan ajaran Gereja, hanya iman yang dapat menerimanya.
Masa abad pertengahan adalah masa pembentukan kebudayaan Barat dengan ciri khas ajaran Masehi (filsafat skolastik) yang diwarnai oleh perkembangan peradaban Kristen. Peradaban Kristen menjadi dasar bagi kebudayaan masa modern. Peninggalan kebudayaan abad pertengahan dapat dilihat dari karya seni musik, bangunan bercorak gothik sebagai bentuk pemujaan terhadap gereja.
Zaman pertengahan ialah zaman dimana Filsafat Abad Pertengahan dicirikan dengan adanya hubungan erat antara agama Kristen dan filsafat. Abad pertengahan memiliki sebutan lain misalnya abad kegelapan, jaman skolastik atau masa patristik, yang semuanya menggambarkan corak pemikiran filsafat dan keilmuan yang dibentuk sesuai dengan perkembangan peradaban Kristen.
                  
                   Tokoh-tokoh Filsafat Abad Pertengahan
a.      Zaman Patristik
1.      Justinus Martir
2.      Klemens (150-215)
3.      Augustinus (354-430)

b.      Zaman Skolastik
1.      Peter Abaelardus (1079-1180)
2.      Albertus Magnus (1203-1280)
3.      Thomas Aquinas (1225-1274)
4.      William Ockham (1285 – 1349)
5.      Nicolas Cusasus (1404 – 1464)


                   Pokok Perspektif Filsafat Sejarah dari Para Tokoh
Sebelum menjelaskan mengenai tokoh-tokoh filsafat abad pertengahan, ada dua zaman dalam perkembangan filsafat abad pertengahan, yaitu:
a.       Zaman Patristik
1.      Justinus Martir
Nama aslisnya Justinus, Martir diambil dari istilah “orang-orang yang rela mati hanya untuk kepercayaannya”.
Agama Kristen bukan agama baru karena Kristen lebih tua dari filsafat yunani, dan Nabi Musa di anggap sebagai awal kedatangan Kristen. Bahwa filsafat Yunani itu mengambil dari kitab Yahudi. Pandangan ini didasarkan bahwa kristus adalah logos. Dalam perkembangannya orang-orang Yunani (Socrates, Plato dll) kurang memahami apa yang terkandung dan memancar dari logosnya yaitu pencerahan. Sehingga orang yunani menyimpang. Karena orang yunani terpengaruh demon atau setan. Dapat mengubah pengetahuan yang benar kemudian di palsukan.

2.      Klemens (150-215)
Ia tidak membenci filsafat yunani pokok-pokok pikirannya adalah :
-          Memberikan batasan-batasan terhadap ajaran Kristen untuk mempertahankan diri dari otoritas filsafat Yunani.
-          Memerangi ajaran yang anti terhadap Kristen dengan menggunakan filsafat Yunani.
-          Bagi orang Kristen, filsafat dapat dipakai untuk membela iman Kristen dan memikirkan secara mendalam.

3.      Augustinus (354-430)
Ia mempelajari bermacam-macam aliran filsafat , antara lain platonisme dan skeptisme. Ia telah diakui keberhasilannya dalam membentuk filsafat Kristen yang berpengaruh besar dalam filsafat abad pertengahan sehingga ia dijuluki sebagai guru skolastik yang sejati. Ia seorang tokoh besar di bidang teologi dan filsafat.
Setelah mempelajari aliran skeptisisme, ia kemudian menyetujuinya dan menyukainya karena di dalamnya terdapat  pertentangan batiniah. Orang dpat meragukan segalanya, tetapi orang tidak dapat meragukan bahwa ia ragu-ragu. Seseorang ragu-ragu sebenarnya ia berpikir dan seseorang berpikir sesungguhnya ia berada (eksis).
Daya pemikiran manusia ada batasnya, tetapi pemikiran manusia dapat mencapai kebenaran dan kepastian yang tidak ada batasnya yang bersifat kekal abadi. artinya akal pikir manusia dapat berhubungan dengan sesuatu kenyataan yang lebih tinggi. Akhirnya ajaran augustinus berhasil menguasai 10 abad dan mempengaruhi pemikiran Eropa. Karena ajarannya lebih bersifat sebagai metode daripada suatu system sehingga mampu meresap sampai masa skolastik.

b.      Zaman Skolastik
Tokoh-tokohnya adalah Aquinas (735-805) , Johannes Scotes Eriugena (815-870), Peter Lombard (1100-1160), John Salisbury (1115-1180), Peter Abaelardus(1079-1180).

1.      Peter Abaelardus (1079-1180)
            Ia dilahirkan di Le Pallet , Prancis. Ia memiliki kepribadian yang keras dan pandangan yang tajam sehingga sering kali bertengkar dengan para ahli pikir dan pejabat gereja. Ia sarjana terkenal dalam sastra romantic, rasionalistik artinya akal dapat menundukan kekuatan iman.
            Berbeda dengan Anselmus yang berkata bahwa berpikir harus sejalan dengan iman, Abealardus memberikan alasan bahwa berpikir itu berada di luar iman (di luar kepercayaan). Bahwa teologi harus memberikan tempat bagi semua bukti-bukti.
            Peter Abelardus dianggap membuka kembali kebebasan berpikir dengan semboyannya: intelligo ut credom (saya paham supaya saya percaya). Pemikiran Abelardus yang bercorak nominalismei ditentang oleh gereja karena mengritik kuasa rohani gereja. Dalam ajaran mengenai etika, Abelardus beranggapan bahwa ukuran etika ialah hukum kesusilaan alam. Kebajikan alam menjadikan manusia tidak perlu memiliki dosa asal. Tiap orang dapat berdosa jika menyimpang dari jalan kebajikan alam. Akal manusia sebagai pengukur dan penilai iman.

2.      Albertus Magnus (1203-1280)
            Dikenal sebagai cendikiawan abad pertengahan. Nama Albert von Bollstad yang juga dikenal sebagai “ doctor universalis” dan “doctor magnus”, Albertus Magnus( Albertus The Great). Ia mempunyai kepandaian luar biasa. Di universitas Padua ia belajar artes liberalis , ilmu-ilmu pengetahuan alam, kedokteran, filsafat Aristoteles, belajar  di Bulogna dan masuk ordo Dominician tahun1223. Ke Koln menjadi dosen filsafat dan Teologi. Terakhir ia diangkat sebagai uskup agung.
3.      Thomas Aquinas (1225-1274)
            Santo Thomas Aquinas yang artinya Thomas yang suci dari Aquinas. Sebagai ahli pikir ia juga seorang dokter gereja bangsa Italia. Ia lahir di Rocca Secca, Napoli Italia. Ia merupakan tokoh terbesar skolastisisme, salah seorang suci gereja katolik Romawi dan pendiri filsafat resmi gereja katolik. 1245 belajar pada Albertus Magnus , tahun 1250 ia menjadi guru besar dalam ilmu agama di Prancis dan tahun 1259 menjadi guru besar dan pensihat istana paus.
            Ia berusha untuk membuktikan bahwa iman Kristen secara penuh dapat dibenarkan dengan pemikiran logis.
            Langkah pertama Thomas menyuruh teman sealiran Williem van Moerbeke untuk membuat terjemahan baru langsung dari Yunani.
            Langkah kedua, pengkristenan ajaran Aristoteles dari dalam.
            Langkah ketiga, ajaran Aristoteles yang telah dikristenkan dipakai untuk membuat sintesis yang lebih bercorak ilmiah (Sintesis deduktif antara lain iman dan akal).
            Agustinus menentang aliran skeptisisme (aliran yang meragukan kebenaran). Menurut Agustinus skeptisisme itu sebetulnya merupakan bukti bahwa ada kebenaran. Menurut Agustinus, Allah menciptakan dunia ex nihilo (konsep yang kemudian juga diikuti oleh Thomas Aquinos). Artinya, dalam menciptakan dunia dan isinya, Allah tidak menggunakan bahan
Anselmus mengemukakan semboyan credo ut intelligam, yang artinya aku percaya agar aku mengerti. Kepercayaan digunakan untuk mencari pengertian, filsafat sebagai alat pikiran, teologi sebagai kepercayaan. Sumbangan terpenting Anselmus yaitu suatu ajaran ketuhanan yang bersifat filsafat. Dalam menjelaskan kedatangan dan kematian Kristus Anselmus menjelaskan bahwa kemuliaan Tuhan telah digelapkan oleh kejatuhan malaikat dan manusia. Hal ini merupakan penghinaan bagi Tuhan yang patut dikenai hukuman. Untuk menyelamatkan manusia, Tuhan menjelma menjadi anakNya agar hukuman dapat ditanggung. Dengan demikian keadilan, rahmat dan kasih Tuhan telah genap dan dipenuhi.   
Bagi Thomas Aquinas, tidak ada perbedaan antara akal dan wahyu  Kebenaran iman hanya dapat dicapai melalui keyakinan dan wahyu (dunia diciptakan Tuhan dalam 6 hari). Ada kebenaran teologis alamiah yang dapat ditemukan pada akal dan wahyu (sebagai jalan menemukan kebenaran), tetapi hanya ada satu kebenaran, yaitu teologi iman. Pengetahuan tidak sama dengan kepercayaan. Pengetahuan didapat dari indra dan diolah dari akal, tetapi akal tidak bisa mencapai realitas tertinggi. Dalil akal harus diperkuat oleh agama.
Aquinas yang pemikirannya dipengaruhi Aristoteles, melakukan pula pengristenan teori Aristoteles dalam teologi Kristen. Salah satu penyempurnaan teori Aristoteles oleh Aquinas yaitu pandangan bahwa wanita adalah pria yang tidak sempurna. Pria dianggap aktif dan kreatif, wanita dipandang pasif dan reseptif. Bagi Aqunias pria dan wanita memiliki jiwa yang sama,   hanya sebagai makhluk alamlah wanita lebih rendah, jiwanya sama.
Aku percaya sebab mustahil”, demikian semboyan Occam sebagai suatu gambaran terhadap hubungan tidak harmonis antara kepercayaan dan pengetahuan. Pandangan dengan corak nominalis ini banyak dikritik oleh gereja karena dianggap otoritas gereja. Bagi Occam, ”bukan saja akal manusia tidak akan dapat mengerti pernyataan Tuhan, tetapi juga akal akan menyerang segala ikrar keputusan gereja dengan hebat sebab akal manusia sekali-kali tidak bisa memasuki dunia ketuhanan.
Manusia hanya dapat menggantungkan kepercayaan kepada kehendak Tuhan saja yang telah dinyatakan dalam alkitab”. Dengan demikian, antara keyakinan yang bersumber terhadap agama dan pengetahuan yang bersumber pada akal harus dipisahkan. Akibat pandangan ini Occam dihukum penjara oleh Paus, namun mendapat suaka dari Raja Louis IV.

4.      William Ockham (1285 – 1349)
           Ia seorang ahli pikir Inggris yang beraliran skolastik. Karena terlibat dalam pertengkaran umum dengan Paus John XXII, ia di penajara di Avignon, ia melarikan diri dan mencari perlindungan pada Kaisar Louis IV.
            Menurut pandangannya, pikiran manusia hanya dapat mengetahui barang-barang atau kejadian-kejadian individual. Ia membantah anggapan skolastik bahwa logika dapat membuktikan doktrin teologis. Hal ini  membawa kesulitan dirinya yang pada waktu itu sebagai pengasuhnya Paus John XXII.
5.      Nicolas Cusasus (1404 – 1464)
            Ia seabgai tokoh pemikir yang berada paling akhir masa skolastik. Terdapat 3 cara untuk mengenal yakni lewat indra, akal, dan intuisi. Dengan akal kita akan mendapat bentuk-bentuk pengertian yang abstrak berdasar pada sajian atau tangkapan indra. Dengan intuisi, kita akan mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi.
            Pemikiran Nicolaus ini sebagai upaya mempersatukan seluruh pemikiran abad pertengahan, yang dibuat ke suatu sintesis yang lebih luas.

Dampak
a.      Dampak Positif
1.      Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya di wilayah Eropa pada abad pertengahan hingga sekarang
2.      Meluaskan pola pikir masyarakat awam mengenai alam filsafat
3.      Dampak Positif Pengaruh Filsafat Terhadap Teologi
Banyak orang Kristen yang menganggap bahwa minat terhadap filsafat sebagai satu hal yang membuat kita menjadi ragu-ragu dan permainan api yang membahayakan. Dimasa gereja yang mula-mula terdapat orang-orang seperti Yustinus Martir (100- 165) dan Clement dari Alexandria (150-215) yang berusaha menyakinkan para pembacanya bahwa banyak orang kafir yang telah dipimpin kepada agama yang benar melalui filsafat, dan mereka mengatakan bahwa filsafat bagi orang-orang Yunani kuno merupakan semacam Perjanjian Lama bagi orang-orang Yahudi.
Namun pandangan-pandangan seperti itu berhasil disingkirkan oleh penulis-penulis seperti Tertulianus (160-220) yang menentang semua Argumentasi mereka. Dia memaparkan bahwa hikmat dunia tanpa iman tidak akan pernah dapat membawa manusia kepada suatu pengenalan akan Kristus.
Filsafat tidak dimulai pada Abad Pertengahan, tetapi Abad Pertengahan merupakan titik tolak yang baik untuk memulai suatu catatan mengenai filsafat dan iman Kristen. Secara klasik,filsafat senantiasa terlibat dalam perkembangan sistem-sistem dalam menafsirkan realitas. Kita bersyukur untuk kemajuan dalam filsafat karena ilmu itu lebih dipandang sebagai sumber yang menjelaskan makna dan hubungan. Charles Greshman menegaskan "ilmu filsafat sebagai suatu metode menaruh perhatian pada pikiran yang cermat. Ini merupakan suatu upaya untuk melihat segala hal seutuhnya dan menafsirkan data yang disajikan oleh seliruh aspek realitas.
Sebagai isi, filsafat berupaya menyuguhkan jawaban yang komphrehensif terhadap pertanyaan-pertanyaan mendasar. Teologi menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti: apakah sifat manusia? apakah tujuan kita hidup? Walaupun Kitab Suci berbicara dan menjelaskan pertanyaan-pertanyaan berikut,justru ilmu filsafatlah yang berinteraksi secara langsung dengan pertanyaan-pertanyaan ini: Apakah hakekat realitas (metafisika)? Apakah yang menjadi asal mula dari alam dan manusia? Apakah hakikat pengetahuan? dan bagaimana seseorang dapat mengetahui sesuatu (epistimologi)? Apakah tujuan akhir dari manusia dan dunia? Dalam hal ini Allah dimengerti sebagai Realitas yang paling mengagumkan dan mendebarkan. Tentulah dalam arti terakhir itu berteologi adalah berfilsafat juga. Dengan pernyataan diatas, Penulis melihat bahwa filsafat sebagai ilmu pengetahuan, dapat memberikan dampak postif juga dalam perkembangan ilmu teologi.
b.      Dampak Negatif
1.      Mendoktrin pikiran-pikiran manusia untuk lebih mempercayai ilmu pengetahuan dari pada Tuhan
2.      Dampak Negatif Pengaruh Filsafat Terhadap Teologi
            Selain kegunaan filsafat berdampak postif dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan juga teologi, ternyata filsafat pun dapat membawa dampak negatif juga bagi perkembangan teologi. Memang harus diakui betapa pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan sehingga manusia mulai percaya bahwa ilmu pengetahuan benar-benar mahakuasa.
Oleh sebab itu manusia mulai memandang bahwa ilmu pengetahuan adalah segala-galanya. Sehingga manusia lebih cenderung memfokuskan diri terhadap ilmu pengetahuan dan mulai meninggalkan iman mereka. Disamping itu, ilmu pengetahuan tidak mempersoalkan asas dan hakikat realitas. Filsafat menggiring manusia untuk berpikir lebih realitas, sehingga dari hasil tersebut membawa manusia mulai berpikiran liberal.
 Menurut Sunoto filsafat adalah usaha manusia dengan akalnya untuk memperoleh suatu pandangan dunia dan hidup yang memuaskan hati. Jika teologi dimulai dari “saya percaya adanya Tuhan”. Sedangkan filsafat mampu bertanya, “Ada apa dibelakang Tuhan? Siapa yang ada sebelum Allah? Bila Tuhan belum ada, siapa yang memerintah? Bagaimana rupa dan wujud Allah? Apa yang ada dalam pikiran Allah?
 Oleh sebab itu filsafat pun dapat memberikan dampak yang negatif dalam teologi yaitu manusia menjadi berpikir liberal dan pada akhirnya menajadikan suatu bidat atau aliran-aliran yang menentang adanya Tuhan. Semakin manusia tersebut berpikir radikal tanpa memegang iman percayanya, secara otomatis manusia tersebut akan terbawa arus filsafat yang berpikir liberal dan akhirnya iman percayanya kepada Tuhan pun mulai “mati” secara rohani. Salah satu contoh ialah pengaruh dari teori Darwin yang mengakar dalam ilmu pengetahuan dan munculnya paham-paham komunis yang menyatakan bahwa tidak ada Allah atau  paham Atheis.
Dan ini pun terjadi pada abad-abad pertengahan yang memiliki cara pandang tersendiri terhadap perkembangan ilmu teologi. Dan akhirnya muncul Teologi Liberal yang tahun-tahun akhir abad 18 dan seluruh abad 19 yang cenderung menggunakan rasio pikiran mereka daripada iman percaya mereka terhadap Tuhan. sehingga muncul banyak aliran-aliran dari cara pandang teologi tersebut, hingga saat ini pun berdampak besar bagi perkembangan teologi yang kita rasakan sampai hari ini.




C.    PENUTUP
Kesimpulan
Zaman pertengahan ialah zaman dimana Filsafat Abad Pertengahan dicirikan dengan adanya hubungan erat antara agama Kristen dan filsafat. Abad pertengahan memiliki sebutan lain misalnya abad kegelapan, jaman skolastik atau masa patristik, yang semuanya menggambarkan corak pemikiran filsafat dan keilmuan yang dibentuk sesuai dengan perkembangan peradaban Kristen.
Abad ini ditandai dengan keruntuhan budaya Romawi dan upaya untuk kembali membangun peradaban berdasarkan ajaran filsafat Yunani dan ajaran agama Kristen. Perkembangan ilmu dan filsafat berlangsung di gereja-gereja pada awalnya, untuk kemudian mengalami perpecahan dikarenakan domininasi kuat agama terhadap berbagai aspek kehidupan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan filsafat berlangsung dengan lambat tetapi pasti sejalan dengan kontak budaya dengan budaya Islam dan semangat untuk kembali pada kejayaan peradaban Yunani. Masa ini berakhir dengan pemisahan kekuasaan dan pemikiran antara ajaran agama yang bertahan di gereja dan perkembangan keilmuan yang mendapat tempat di lembaga sekolah.











D.    PUSTAKA
Filsafat Sejarah karangan Mahasiswa Sejarah Unsri angkatan 2009.
Tamburaka, Rustam. 1999. Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat dan Iptek. PT Rineka Cipta: Jakarta.
Ali, Basyarat. A. Problem Filsafat Abad Pertengahan. 10 Januari 2010  Myopera.com/basyarat/blog/2001/01. Diakses tanggal 11 April 2013.

0 komentar:

Posting Komentar

Selasa, 11 Juni 2013

Makalah Filsafat Sejarah Abad Pertengahan

Diposting oleh Unknown di 22.33
A.    Pendahuluan
Abad pertengahan merupakan kurun waktu yang khas. Secara singkat dikatakan bahwa dominasi agama kristen sangat menonjol. Perkembangan alam pikiran harus disesuaikan dengan ajaran agama. Demikian pula filsafat, harus diuji apakah tidak bertentangan dengan ajaran agama islam.

Filsafat abad pertengahan menggambarkan suatu zaman yang baru di tengah-tengah suatu perkumpulan bangsa yang baru, yaitu bangsa eropa barat. Filsafat yang baru ini disebut skolastik.
Pada masa pertumbuhan dan perkembangan filsafat eropa (sekitar lima abad) belum memunculkan ahli pikir (filosuf), akan tetapi setelah abad ke-6 masehi, baru muncul ahli pikir yang mengadakan penyelidikan filsafat. Jadi, filsafat Eropa yang mengawali kelahiran filsafat barat abad pertengahan.
Filsafat barat abad pertengahan (476-1492 M) juga dapat dikatakan sebagai abad gelap. Berdasarkan pada pendekatan sejarah gereja, saat itu tindakan gereja sangat membelenggu kehidupan manusia. Manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya. Para ahli pikir saat itu juga tidak mempunyai kebebasan berpikir. Apalagi  terdapat pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan agama ajaran gereja.
Siapa pun orang yang mengemukakannya akan mendapatkan hukuman berat. Pihak gereja melarang diadakannya penyelidikan-penyelidikan berdasarkan rasio terhadap agama. Karena itu, kajian terhadap agama (teologi) yang tidak berdasarkan ketentuan gereja akan mendapatkan larangan ketat. Yang berhak mengadakan penyelidikan terhadap agama hanyalah pihak gereja. Kendati demikian, ada juga yang melanggar peraturan tersebut dan mereka dianggap orang murtad dan kemudian diadakan pengejaran (inkuisisi).
Abad pertengahan ditandai dengan berintegrasinya filsafat yunani dengan agama Kristen sehingga  formula memungkinkan adanya perkembangan dengan pembaharuan dalam filsafat karena adanya pengaruh agama Kristen .
Masa abad peetengahan tercatat dalam sejarah adalah masa kelam dan kemunduran filsafat. Penyebab mundurnya filsafat pada abad pertengahan adalah karena  terbelenggunya potensi – potensi manusia, Juga tidak ada kebebasan berfikir . Hal ini terjadi karena kesalah pada cara pendekatan dari agama kristen . Dimasa ini adalah penuh dengan dominasi gereja. Tujuannya adalah untuk membimbing umat kearah hidup yang saleh tetapi menjadi salah karena dalam pelaksanaanya tanpa memikirkan  martabat  dan kebebasan manusia mengengkang pemikiran – pemikiran dan masa depan mereka, karena itu pula pada masa ini perkembangan ilmu pengetahuan terhambat.

B.     ISI
                   Alam Filsafat
Filsafat berasal dari bahasa Yunani “Philos dan Shopia”. Philos artinya senang, cinta dan gemar dan Shopia artinya hikmat atau kebenaran, kebijaksanaan. Philoshopia artinya cinta atau gemar, senang pada kebenaran, atau hikmat serta kebijaksanaan. (Tamburaka, 1999:128)
Filsafat adalah induk ilmu pengetahuan. Istilah filsafat telah dikenal manusia sejak 2.000 tahun yang lalu, pada masa Yunani kuno. Di Miletos, Asia Kecil, tempat perantauan orang Yunani, di sanalah awal mula munculnya filsafat. Mula-mula jejak sejarah awal filsafat ini, ditandai oleh munculnya tokoh-tokoh pemikir besar pada zaman itu seperti Thales, Anaximandros dan Anaximenes.
Filsafat adalah ilmu yang meneropong hal-hal yang diketahui setiap orang, tanpa dimengertinya. Filsafat hanya bisa kita pelajari sebagai sesuatu yang bermanfaat jika kita yakin, bahwa alam semesta berpatokan pada prinsip yang berada dan bergerak dalam setiap hal/barang, namun sekedar bakat-bakat yang secara terbatas terkandung dalam barang itu.
Filsafat sejarah adalah suatu bagian filsafat yang ingin menyelidiki sebab-sebab terakhir dari suatu peristiwa, serta ingin memberikan jawaban atas sebab dan segala alasan segala peristiwa.
                   Pandangan Umum tentang Filsafat Abad Pertengahan
Sejarah filsafat Abad Pertengahan dimulai kira-kira pada abad ke-5 sampai awal abad ke-17. Para sejarawan umumnya menentukan tahun 476, yakni masa berakhirnya Kerajaan Romawi Barat yang berpusat di kota Roma dan munculnya Kerajaan Romawi Timur yang kelak berpusat di Konstantinopel (sekarang Istambul), sebagai data awal zaman Abad Pertengahan dan tahun 1492 (penemuan benua Amerika oleh Columbus) sebagai data akhirnya.
Masa ini diawali dengan lahirnya filsafat Eropa. Sebagaimana halnya dengan filsafat Yunani yang dipengaruhi oleh kepercayaan, maka filsafat atau pemikiran pada Abad Pertengahan pun dipengaruhi oleh kepercayaan Kristen. Artinya, pemikiran filsafat Abad Pertengahan didominasi oleh agama.
Periode abad pertengahan mempunyai perbedaan yang mencolok dengan abad sebelumnya. Perbedaan ini terletak pada dominasi agama. Timbulnya agama kristen pada permulaan abad masehi membawa perubahan besar terhadap kepercayaan agama. Zaman pertengahan adalah zaman keemasan bagi kekristenan.
  Disinilah yang menjadi persoalannya, karena agama kristen itu mengajarkan bahwa wahyu tuhanlah yang merupakan kebenaran sejati. Hal ini berbeda dengan pandangan yunani kuno mengatakan bahwa kebenaran dapat di capai oleh kemampuan akal.
Filsafat Abad Pertengahan dicirikan dengan adanya hubungan erat antara agama Kristen dan filsafat. Dilihat secara menyeluruh, filsafat Abad Pertengahan memang merupakan filsafat Kristiani. Oleh karena itu, kiranya dapat dikatakan bahwa filsafat abad pertengahan adalah suatu filsafat agama dengan agama kristiani sebagai basisnya.
Agama Kristen menjadi problema kefilsafatan karena mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran yang sejati. Hal ini berbeda dengan pandangan yunani kuno yang mengatakan bahwa kebenaran dapat dicapai oleh kemampuan akal. Mereka belum mengenal adanya wahyu.
Mengenai sikap terhadap pemikiran Yunani ada dua.
1.     Golongan yang menolak sama sekali pemikiran Yunani, karena pemikiran Yunani merupakan pemikiran orang kafir karena tidak mengakui wahyu.
2.     Menerima filsafat yunani yang mengatakan bahwa karena manusia itu ciptaan Tuhan maka kebijaksanaan manusia berarti pula kebijaksanaan yang datangnya dari Tuhan. Mungkin akal tidak dapat mencapai kebenaran yang sejati. Oleh karena itu, akal dapat dibantu oleh wahyu.
Secara garis besar, filsafat abad pertengahan dapat dibagi menjadi dua periode yaitu Zaman Patristik dan Zaman Skolastik.
a.      Zaman Patristik
Patristik berasal dari kata patres (bentuk jamak dari pater) yang berarti bapak-bapak. Yang dimaksudkan adalah para pujangga Gereja dan tokoh-tokoh Gereja yang sangat berperan sebagai peletak dasar intelektual kekristenan. Mereka khususnya mencurahkan perhatian pada pengembangan teologi, tetapi dalam kegiatan tersebut mereka tak dapat menghindarkan diri dari wilayah kefilsafatan.
Mereka ada yang menolak filsafat yunani tetapi ada juga yang menerimanya. Bagi mereka yang menolak alasannya Karena beranggapan bahwa sudah mempunyai sumber kebenaran yaitu firman Tuhan. bagi mereka yang menerima sebagai alasannya tidak ada jeleknya juga menggunakan filsafat Yunani hanya di ambil metodenya saja (tata cara berpikir).
Orang-orang yang menerima filsafat Yunani menuduh bahwa mereka (orang-orang Kristen yang menolak filsafat Yunani) itu munafik. Orang-orang yang menolak filsafat yunani itulah yang mengatakan dirinya yang benar-benar hidup sejalan dengan Tuhan.
Akibatnya, muncul upaya untuk membela agama Kristen yaitu para apologis (pembela iman Kristen) yakni Justinus Martir, Irenaenus, Klemens, Origenes, Gregorius, Nasaa, Tertullianus, Diosis Arepagos, Au-relius Augustinus.
Masa Patristik dibagi atas Patristik Yunani (atau Patristik Timur) dan Patristik Latin (atau Patristik Barat).
Filsafat patristik mengalami kemunduran sejak abad V hingga abad VIII. Di barat dan timur tokoh-tokoh dan pemikir-pemikir baru dengan corak pemikiran yang berbeda dengan masa patristik.
b.   Zaman Skolastik
Zaman Skolastik dimulai sejak abad ke-9. Kalau tokoh masa Patristik adalah pribadi-pribadi yang lewat tulisannya memberikan bentuk pada pemikiran filsafat dan teologi pada zamannya, para tokoh zaman Skolastik adalah para pelajar dari lingkungan sekolah-kerajaan dan sekolah-katedral yang didirikan oleh Raja Karel Agung (742-814) dan kelak juga dari lingkungan universitas dan ordo-ordo biarawan.
Filsafat mereka disebut “Skolastik” (dari kata Latin “scholasticus”, “guru”), karena pada periode ini filsafat diajarkan dalam sekolah-sekolah, biara dan universitas-universitas menurut suatu kurikulum yang baku dan bersifat internasional.
Kata sifat yang berasal dari kata school, berarti sekolah. Skolastik berarti aliran yang berkaitan dengan sekolah.
            Terdapat beberapa pengertian dan corak khas skoalstik , yakni :
a.       Filsafat skolastik adalah filsafat yang mempunya corak semata-mata agama. Dan sebagai bagian dari kebudayaan abad pertengahan yang religious.
b.      Filsafat skolastik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang rasional memecahkan amsalah-masalah mengenai berpikir, sifat ada, kerohanian, kejasmanian, baik buruk.
c.       Filsafat skolastik adalah suatu system filsafat yang termasuk jajaran pengetahuan alam kodrat, akan dimasukan ke dalam bentuk sintesis yang lebih tinggi antara kepercayaan dan akal.
d.      Filsafat skolastik adalah filsafat nasrani karena banyak di pengaruhi oleha ajaran gereja.
Periode ini terbagi menjadi tiga tahap:
1.            Periode Skolastik awal (800-120)
Ditandai oleh pembentukan metode yang lahir karena hubungan yang rapat antara agama dan filsafat. Yang tampak pada permulaan ialah persoalan tentang universalia. Ajaran Agustinus dan neo-Platonisme mempunyai pengaruh yang luas dan kuat dalam berbagai aliran pemikiran.
Baru abad ke 8 masehi, kekuasaan berada di bawah Karel Agung (742-814) dapat memberikan ketenangan dalam bidang politik, kebudayaan dan ilmu pengetahuan termasuk kehidupan manusia serta pemikiran filsafat yang semuanya menampakkan mulai adanya kebangkitan.
Kurikulum pengajarannya meliputi studi duniawi atau artes liberalis meliputi tata bahasa, retorika, dialektika, (Seni berdiskusi), ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu perbintangan dan music.
Pada periode ini, diupayakan misalnya, pembuktian adanya Tuhan berdasarkan rasio murni, jadi tanpa berdasarkan Kitab Suci (Anselmus dan Canterbury). Problem yang hangat didiskusikan pada masa ini adalah masalah  universalia dengan konfrontasi antara “Realisme” dan “Nominalisme” sebagai latar belakang problematisnya. Selain itu, dalam abad ke-12, ada pemikiran teoretis mengenai filsafat alam, sejarah dan bahasa, pengalaman mistik atas kebenaran religious pun mendapat tempat.
2.      Periode puncak perkembangan skolastik (abad ke-13)
Periode puncak perkembangan skolastik : dipengaruhi oleh Aristoteles akibat kedatangan ahli filsafat Arab dan yahudi. Filsafat Aristoteles memberikan warna dominan pada alam pemikiran Abad Pertengahan. Aristoteles diakui sebagai Sang Filsuf, gaya pemikiran Yunani semakin diterima, keluasan cakrawala berpikir semakin ditantang lewat perselisihan dengan filsafat Arab dan Yahudi. Universitas-universitas pertama didirikan di Bologna (1158), Paris (1170), Oxford (1200), dan masih banyak lagi universitas yang mengikutinya. Pada abad ke-13, dihasilkan suatu sintesis besar dari khazanah pemikiran kristiani dan filsafat Yunani.
Masa kejayaan skolastik yang berlangsung dari tahun 1200-1300 dan masa ini juga disebut masa berbunga. Dengan munculnya universitas dan ordo yang secara bersama ikut meamjukan ilmu pengetahuan.
Faktor mengapa masa skolastik mencapai puncaknya :
a.       Adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina sejak abad ke 12 sehingga sampai abad ke 13 telah tumbuh menajdi ilmu pengetahuan yang luas.
b.      Tahun 1200 didirikannya universitas Almamater di Prancis. Almamater inilah merupakan embrio / awal berdirinya universitas di Paris, di Oxford di Mont Pellier di Cambridge dll.
c.       Berdirinya ordo-ordo. Hal ini berpengaruh terhadap kehidupan kerohanian dimana kebanyakan tokoh-tokohnya memegang peran dibidang filsafat dan teologi seperti Albertus de Grote, Thomas Aquinas, Benaventura,J.D.Scouts, William Ocham.
3.      Periode Skolastik lanjut atau akhir (abad ke-14-15)
Masa ini ditandai dengan adanya rasa jemu terhadap segala pemikiran filsafat yang menjadi kiblatnya sehingga memperlihatkan stagnasi(kemandegan).
Periode skolastik Akhir abad ke 14-15 ditandai dengan pemikiran islam yang berkembang kearah nominalisme ialah aliran yang berpendapat bahwa universalisme tidak memberi petunjuk tentang aspek yang sama dan yang umum mengenai adanya sesuatu hal. Kepercayaan orang pada kemampuan rasio memberi jawaban atas masalah-masalah iman mulai berkurang. Ada semacam keyakinan bahwa iman dan pengetahuan tidak dapat disatukan. Rasio tidak dapat mempertanggungjawabkan ajaran Gereja, hanya iman yang dapat menerimanya.
Masa abad pertengahan adalah masa pembentukan kebudayaan Barat dengan ciri khas ajaran Masehi (filsafat skolastik) yang diwarnai oleh perkembangan peradaban Kristen. Peradaban Kristen menjadi dasar bagi kebudayaan masa modern. Peninggalan kebudayaan abad pertengahan dapat dilihat dari karya seni musik, bangunan bercorak gothik sebagai bentuk pemujaan terhadap gereja.
Zaman pertengahan ialah zaman dimana Filsafat Abad Pertengahan dicirikan dengan adanya hubungan erat antara agama Kristen dan filsafat. Abad pertengahan memiliki sebutan lain misalnya abad kegelapan, jaman skolastik atau masa patristik, yang semuanya menggambarkan corak pemikiran filsafat dan keilmuan yang dibentuk sesuai dengan perkembangan peradaban Kristen.
                  
                   Tokoh-tokoh Filsafat Abad Pertengahan
a.      Zaman Patristik
1.      Justinus Martir
2.      Klemens (150-215)
3.      Augustinus (354-430)

b.      Zaman Skolastik
1.      Peter Abaelardus (1079-1180)
2.      Albertus Magnus (1203-1280)
3.      Thomas Aquinas (1225-1274)
4.      William Ockham (1285 – 1349)
5.      Nicolas Cusasus (1404 – 1464)


                   Pokok Perspektif Filsafat Sejarah dari Para Tokoh
Sebelum menjelaskan mengenai tokoh-tokoh filsafat abad pertengahan, ada dua zaman dalam perkembangan filsafat abad pertengahan, yaitu:
a.       Zaman Patristik
1.      Justinus Martir
Nama aslisnya Justinus, Martir diambil dari istilah “orang-orang yang rela mati hanya untuk kepercayaannya”.
Agama Kristen bukan agama baru karena Kristen lebih tua dari filsafat yunani, dan Nabi Musa di anggap sebagai awal kedatangan Kristen. Bahwa filsafat Yunani itu mengambil dari kitab Yahudi. Pandangan ini didasarkan bahwa kristus adalah logos. Dalam perkembangannya orang-orang Yunani (Socrates, Plato dll) kurang memahami apa yang terkandung dan memancar dari logosnya yaitu pencerahan. Sehingga orang yunani menyimpang. Karena orang yunani terpengaruh demon atau setan. Dapat mengubah pengetahuan yang benar kemudian di palsukan.

2.      Klemens (150-215)
Ia tidak membenci filsafat yunani pokok-pokok pikirannya adalah :
-          Memberikan batasan-batasan terhadap ajaran Kristen untuk mempertahankan diri dari otoritas filsafat Yunani.
-          Memerangi ajaran yang anti terhadap Kristen dengan menggunakan filsafat Yunani.
-          Bagi orang Kristen, filsafat dapat dipakai untuk membela iman Kristen dan memikirkan secara mendalam.

3.      Augustinus (354-430)
Ia mempelajari bermacam-macam aliran filsafat , antara lain platonisme dan skeptisme. Ia telah diakui keberhasilannya dalam membentuk filsafat Kristen yang berpengaruh besar dalam filsafat abad pertengahan sehingga ia dijuluki sebagai guru skolastik yang sejati. Ia seorang tokoh besar di bidang teologi dan filsafat.
Setelah mempelajari aliran skeptisisme, ia kemudian menyetujuinya dan menyukainya karena di dalamnya terdapat  pertentangan batiniah. Orang dpat meragukan segalanya, tetapi orang tidak dapat meragukan bahwa ia ragu-ragu. Seseorang ragu-ragu sebenarnya ia berpikir dan seseorang berpikir sesungguhnya ia berada (eksis).
Daya pemikiran manusia ada batasnya, tetapi pemikiran manusia dapat mencapai kebenaran dan kepastian yang tidak ada batasnya yang bersifat kekal abadi. artinya akal pikir manusia dapat berhubungan dengan sesuatu kenyataan yang lebih tinggi. Akhirnya ajaran augustinus berhasil menguasai 10 abad dan mempengaruhi pemikiran Eropa. Karena ajarannya lebih bersifat sebagai metode daripada suatu system sehingga mampu meresap sampai masa skolastik.

b.      Zaman Skolastik
Tokoh-tokohnya adalah Aquinas (735-805) , Johannes Scotes Eriugena (815-870), Peter Lombard (1100-1160), John Salisbury (1115-1180), Peter Abaelardus(1079-1180).

1.      Peter Abaelardus (1079-1180)
            Ia dilahirkan di Le Pallet , Prancis. Ia memiliki kepribadian yang keras dan pandangan yang tajam sehingga sering kali bertengkar dengan para ahli pikir dan pejabat gereja. Ia sarjana terkenal dalam sastra romantic, rasionalistik artinya akal dapat menundukan kekuatan iman.
            Berbeda dengan Anselmus yang berkata bahwa berpikir harus sejalan dengan iman, Abealardus memberikan alasan bahwa berpikir itu berada di luar iman (di luar kepercayaan). Bahwa teologi harus memberikan tempat bagi semua bukti-bukti.
            Peter Abelardus dianggap membuka kembali kebebasan berpikir dengan semboyannya: intelligo ut credom (saya paham supaya saya percaya). Pemikiran Abelardus yang bercorak nominalismei ditentang oleh gereja karena mengritik kuasa rohani gereja. Dalam ajaran mengenai etika, Abelardus beranggapan bahwa ukuran etika ialah hukum kesusilaan alam. Kebajikan alam menjadikan manusia tidak perlu memiliki dosa asal. Tiap orang dapat berdosa jika menyimpang dari jalan kebajikan alam. Akal manusia sebagai pengukur dan penilai iman.

2.      Albertus Magnus (1203-1280)
            Dikenal sebagai cendikiawan abad pertengahan. Nama Albert von Bollstad yang juga dikenal sebagai “ doctor universalis” dan “doctor magnus”, Albertus Magnus( Albertus The Great). Ia mempunyai kepandaian luar biasa. Di universitas Padua ia belajar artes liberalis , ilmu-ilmu pengetahuan alam, kedokteran, filsafat Aristoteles, belajar  di Bulogna dan masuk ordo Dominician tahun1223. Ke Koln menjadi dosen filsafat dan Teologi. Terakhir ia diangkat sebagai uskup agung.
3.      Thomas Aquinas (1225-1274)
            Santo Thomas Aquinas yang artinya Thomas yang suci dari Aquinas. Sebagai ahli pikir ia juga seorang dokter gereja bangsa Italia. Ia lahir di Rocca Secca, Napoli Italia. Ia merupakan tokoh terbesar skolastisisme, salah seorang suci gereja katolik Romawi dan pendiri filsafat resmi gereja katolik. 1245 belajar pada Albertus Magnus , tahun 1250 ia menjadi guru besar dalam ilmu agama di Prancis dan tahun 1259 menjadi guru besar dan pensihat istana paus.
            Ia berusha untuk membuktikan bahwa iman Kristen secara penuh dapat dibenarkan dengan pemikiran logis.
            Langkah pertama Thomas menyuruh teman sealiran Williem van Moerbeke untuk membuat terjemahan baru langsung dari Yunani.
            Langkah kedua, pengkristenan ajaran Aristoteles dari dalam.
            Langkah ketiga, ajaran Aristoteles yang telah dikristenkan dipakai untuk membuat sintesis yang lebih bercorak ilmiah (Sintesis deduktif antara lain iman dan akal).
            Agustinus menentang aliran skeptisisme (aliran yang meragukan kebenaran). Menurut Agustinus skeptisisme itu sebetulnya merupakan bukti bahwa ada kebenaran. Menurut Agustinus, Allah menciptakan dunia ex nihilo (konsep yang kemudian juga diikuti oleh Thomas Aquinos). Artinya, dalam menciptakan dunia dan isinya, Allah tidak menggunakan bahan
Anselmus mengemukakan semboyan credo ut intelligam, yang artinya aku percaya agar aku mengerti. Kepercayaan digunakan untuk mencari pengertian, filsafat sebagai alat pikiran, teologi sebagai kepercayaan. Sumbangan terpenting Anselmus yaitu suatu ajaran ketuhanan yang bersifat filsafat. Dalam menjelaskan kedatangan dan kematian Kristus Anselmus menjelaskan bahwa kemuliaan Tuhan telah digelapkan oleh kejatuhan malaikat dan manusia. Hal ini merupakan penghinaan bagi Tuhan yang patut dikenai hukuman. Untuk menyelamatkan manusia, Tuhan menjelma menjadi anakNya agar hukuman dapat ditanggung. Dengan demikian keadilan, rahmat dan kasih Tuhan telah genap dan dipenuhi.   
Bagi Thomas Aquinas, tidak ada perbedaan antara akal dan wahyu  Kebenaran iman hanya dapat dicapai melalui keyakinan dan wahyu (dunia diciptakan Tuhan dalam 6 hari). Ada kebenaran teologis alamiah yang dapat ditemukan pada akal dan wahyu (sebagai jalan menemukan kebenaran), tetapi hanya ada satu kebenaran, yaitu teologi iman. Pengetahuan tidak sama dengan kepercayaan. Pengetahuan didapat dari indra dan diolah dari akal, tetapi akal tidak bisa mencapai realitas tertinggi. Dalil akal harus diperkuat oleh agama.
Aquinas yang pemikirannya dipengaruhi Aristoteles, melakukan pula pengristenan teori Aristoteles dalam teologi Kristen. Salah satu penyempurnaan teori Aristoteles oleh Aquinas yaitu pandangan bahwa wanita adalah pria yang tidak sempurna. Pria dianggap aktif dan kreatif, wanita dipandang pasif dan reseptif. Bagi Aqunias pria dan wanita memiliki jiwa yang sama,   hanya sebagai makhluk alamlah wanita lebih rendah, jiwanya sama.
Aku percaya sebab mustahil”, demikian semboyan Occam sebagai suatu gambaran terhadap hubungan tidak harmonis antara kepercayaan dan pengetahuan. Pandangan dengan corak nominalis ini banyak dikritik oleh gereja karena dianggap otoritas gereja. Bagi Occam, ”bukan saja akal manusia tidak akan dapat mengerti pernyataan Tuhan, tetapi juga akal akan menyerang segala ikrar keputusan gereja dengan hebat sebab akal manusia sekali-kali tidak bisa memasuki dunia ketuhanan.
Manusia hanya dapat menggantungkan kepercayaan kepada kehendak Tuhan saja yang telah dinyatakan dalam alkitab”. Dengan demikian, antara keyakinan yang bersumber terhadap agama dan pengetahuan yang bersumber pada akal harus dipisahkan. Akibat pandangan ini Occam dihukum penjara oleh Paus, namun mendapat suaka dari Raja Louis IV.

4.      William Ockham (1285 – 1349)
           Ia seorang ahli pikir Inggris yang beraliran skolastik. Karena terlibat dalam pertengkaran umum dengan Paus John XXII, ia di penajara di Avignon, ia melarikan diri dan mencari perlindungan pada Kaisar Louis IV.
            Menurut pandangannya, pikiran manusia hanya dapat mengetahui barang-barang atau kejadian-kejadian individual. Ia membantah anggapan skolastik bahwa logika dapat membuktikan doktrin teologis. Hal ini  membawa kesulitan dirinya yang pada waktu itu sebagai pengasuhnya Paus John XXII.
5.      Nicolas Cusasus (1404 – 1464)
            Ia seabgai tokoh pemikir yang berada paling akhir masa skolastik. Terdapat 3 cara untuk mengenal yakni lewat indra, akal, dan intuisi. Dengan akal kita akan mendapat bentuk-bentuk pengertian yang abstrak berdasar pada sajian atau tangkapan indra. Dengan intuisi, kita akan mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi.
            Pemikiran Nicolaus ini sebagai upaya mempersatukan seluruh pemikiran abad pertengahan, yang dibuat ke suatu sintesis yang lebih luas.

Dampak
a.      Dampak Positif
1.      Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya di wilayah Eropa pada abad pertengahan hingga sekarang
2.      Meluaskan pola pikir masyarakat awam mengenai alam filsafat
3.      Dampak Positif Pengaruh Filsafat Terhadap Teologi
Banyak orang Kristen yang menganggap bahwa minat terhadap filsafat sebagai satu hal yang membuat kita menjadi ragu-ragu dan permainan api yang membahayakan. Dimasa gereja yang mula-mula terdapat orang-orang seperti Yustinus Martir (100- 165) dan Clement dari Alexandria (150-215) yang berusaha menyakinkan para pembacanya bahwa banyak orang kafir yang telah dipimpin kepada agama yang benar melalui filsafat, dan mereka mengatakan bahwa filsafat bagi orang-orang Yunani kuno merupakan semacam Perjanjian Lama bagi orang-orang Yahudi.
Namun pandangan-pandangan seperti itu berhasil disingkirkan oleh penulis-penulis seperti Tertulianus (160-220) yang menentang semua Argumentasi mereka. Dia memaparkan bahwa hikmat dunia tanpa iman tidak akan pernah dapat membawa manusia kepada suatu pengenalan akan Kristus.
Filsafat tidak dimulai pada Abad Pertengahan, tetapi Abad Pertengahan merupakan titik tolak yang baik untuk memulai suatu catatan mengenai filsafat dan iman Kristen. Secara klasik,filsafat senantiasa terlibat dalam perkembangan sistem-sistem dalam menafsirkan realitas. Kita bersyukur untuk kemajuan dalam filsafat karena ilmu itu lebih dipandang sebagai sumber yang menjelaskan makna dan hubungan. Charles Greshman menegaskan "ilmu filsafat sebagai suatu metode menaruh perhatian pada pikiran yang cermat. Ini merupakan suatu upaya untuk melihat segala hal seutuhnya dan menafsirkan data yang disajikan oleh seliruh aspek realitas.
Sebagai isi, filsafat berupaya menyuguhkan jawaban yang komphrehensif terhadap pertanyaan-pertanyaan mendasar. Teologi menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti: apakah sifat manusia? apakah tujuan kita hidup? Walaupun Kitab Suci berbicara dan menjelaskan pertanyaan-pertanyaan berikut,justru ilmu filsafatlah yang berinteraksi secara langsung dengan pertanyaan-pertanyaan ini: Apakah hakekat realitas (metafisika)? Apakah yang menjadi asal mula dari alam dan manusia? Apakah hakikat pengetahuan? dan bagaimana seseorang dapat mengetahui sesuatu (epistimologi)? Apakah tujuan akhir dari manusia dan dunia? Dalam hal ini Allah dimengerti sebagai Realitas yang paling mengagumkan dan mendebarkan. Tentulah dalam arti terakhir itu berteologi adalah berfilsafat juga. Dengan pernyataan diatas, Penulis melihat bahwa filsafat sebagai ilmu pengetahuan, dapat memberikan dampak postif juga dalam perkembangan ilmu teologi.
b.      Dampak Negatif
1.      Mendoktrin pikiran-pikiran manusia untuk lebih mempercayai ilmu pengetahuan dari pada Tuhan
2.      Dampak Negatif Pengaruh Filsafat Terhadap Teologi
            Selain kegunaan filsafat berdampak postif dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan juga teologi, ternyata filsafat pun dapat membawa dampak negatif juga bagi perkembangan teologi. Memang harus diakui betapa pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan sehingga manusia mulai percaya bahwa ilmu pengetahuan benar-benar mahakuasa.
Oleh sebab itu manusia mulai memandang bahwa ilmu pengetahuan adalah segala-galanya. Sehingga manusia lebih cenderung memfokuskan diri terhadap ilmu pengetahuan dan mulai meninggalkan iman mereka. Disamping itu, ilmu pengetahuan tidak mempersoalkan asas dan hakikat realitas. Filsafat menggiring manusia untuk berpikir lebih realitas, sehingga dari hasil tersebut membawa manusia mulai berpikiran liberal.
 Menurut Sunoto filsafat adalah usaha manusia dengan akalnya untuk memperoleh suatu pandangan dunia dan hidup yang memuaskan hati. Jika teologi dimulai dari “saya percaya adanya Tuhan”. Sedangkan filsafat mampu bertanya, “Ada apa dibelakang Tuhan? Siapa yang ada sebelum Allah? Bila Tuhan belum ada, siapa yang memerintah? Bagaimana rupa dan wujud Allah? Apa yang ada dalam pikiran Allah?
 Oleh sebab itu filsafat pun dapat memberikan dampak yang negatif dalam teologi yaitu manusia menjadi berpikir liberal dan pada akhirnya menajadikan suatu bidat atau aliran-aliran yang menentang adanya Tuhan. Semakin manusia tersebut berpikir radikal tanpa memegang iman percayanya, secara otomatis manusia tersebut akan terbawa arus filsafat yang berpikir liberal dan akhirnya iman percayanya kepada Tuhan pun mulai “mati” secara rohani. Salah satu contoh ialah pengaruh dari teori Darwin yang mengakar dalam ilmu pengetahuan dan munculnya paham-paham komunis yang menyatakan bahwa tidak ada Allah atau  paham Atheis.
Dan ini pun terjadi pada abad-abad pertengahan yang memiliki cara pandang tersendiri terhadap perkembangan ilmu teologi. Dan akhirnya muncul Teologi Liberal yang tahun-tahun akhir abad 18 dan seluruh abad 19 yang cenderung menggunakan rasio pikiran mereka daripada iman percaya mereka terhadap Tuhan. sehingga muncul banyak aliran-aliran dari cara pandang teologi tersebut, hingga saat ini pun berdampak besar bagi perkembangan teologi yang kita rasakan sampai hari ini.




C.    PENUTUP
Kesimpulan
Zaman pertengahan ialah zaman dimana Filsafat Abad Pertengahan dicirikan dengan adanya hubungan erat antara agama Kristen dan filsafat. Abad pertengahan memiliki sebutan lain misalnya abad kegelapan, jaman skolastik atau masa patristik, yang semuanya menggambarkan corak pemikiran filsafat dan keilmuan yang dibentuk sesuai dengan perkembangan peradaban Kristen.
Abad ini ditandai dengan keruntuhan budaya Romawi dan upaya untuk kembali membangun peradaban berdasarkan ajaran filsafat Yunani dan ajaran agama Kristen. Perkembangan ilmu dan filsafat berlangsung di gereja-gereja pada awalnya, untuk kemudian mengalami perpecahan dikarenakan domininasi kuat agama terhadap berbagai aspek kehidupan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan filsafat berlangsung dengan lambat tetapi pasti sejalan dengan kontak budaya dengan budaya Islam dan semangat untuk kembali pada kejayaan peradaban Yunani. Masa ini berakhir dengan pemisahan kekuasaan dan pemikiran antara ajaran agama yang bertahan di gereja dan perkembangan keilmuan yang mendapat tempat di lembaga sekolah.











D.    PUSTAKA
Filsafat Sejarah karangan Mahasiswa Sejarah Unsri angkatan 2009.
Tamburaka, Rustam. 1999. Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat dan Iptek. PT Rineka Cipta: Jakarta.
Ali, Basyarat. A. Problem Filsafat Abad Pertengahan. 10 Januari 2010  Myopera.com/basyarat/blog/2001/01. Diakses tanggal 11 April 2013.

0 komentar on "Makalah Filsafat Sejarah Abad Pertengahan"

Posting Komentar

 

Little World Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea