Minggu, 29 Juli 2012

Sejarah Autralian dan Oceania, Mikronesia; Kepulauan Caroline, Nauru, Marshall dan Kiribati

Diposting oleh Unknown di 07.10

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini dengan baik. Adapun  makalah yang kami buat ini mengenai beberapa negara di Kepulauan Pasifik.
Adapun isi dari makalah ini adalah tentang Kepulauan Caroline, Nauru, Marshall dan Kiribati, yang meliputi perjuangan kemerdekaannya dan kontemporer kepulaua tersebut. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Australia dan Oceania.

Lanjut yak...
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Indralaya, 9 Mei  2012





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR                                                                                   1
DAFTAR ISI                                                                                                  2
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang                                                                              3
1.2  Rumusan masalah                                                                         4
1.3  Tujuan penulisan                                                                           5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kepulauan Caroline                                                                      6
2.2 Kepulauan Marshall                                                                      10
2.3 Kepulauan Kiribati                                                                        11
2.4 Kepulauan Nauru                                                                          13

BAB III  PENUTUP
3.1 Kesimpulan                                                                                 23
3.2 Kritik dan Saran                                                                         23
3.3 Daftar Pustaka                                                                            24







BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Kepulauan kecil dan pulau-pulau karang Micronesia menyebar luas meliputi bagian besar wilayah utara Melanesia dan timur Asia. Mikronesia memiliki 4 bagian kepulauan. Kepulauan Carolina, kepulauan Mariana, Palau, dan Guam. Di timur Mariana adalah kepulauan Mershal. Di bagian tenggara Mariana adalah Negara Kiribati yang berada di wilayah ekuator. Negara kecil Nauru di bagian barat Kiribati juga termasuk dalam Mikronesia. Kepulauan Mikronesia sangat kecil denga luas daatan hanya 3240 sq km. Lebih dari itu, Makronesia hanya mencakup sekitar 3,6 persen dari total wilayah daratan Oseania.
            Pulau-pulau dibagain timur Mikrinesia didiami oleh pe nduduk keturunan ras Polinesia, atau mongoloid, yang karakteristiknya adalah berkulit lebih terang dan berambut hitam lurus atau bergelombang, tapi tidak ikal. Di uung bagian barat kepulauan, ras kulit coklat Melayu dan kulit hitam Melanesia juga ditemukan.Karena sebagian besar mata pencaharian menra adalah sebagai pelaut dan sering bepergian antar pulau, Secara umum, penduduk Mikronesia hidup di pantai. Selain di Kiribati, kebudayaan di Mikronesia menganut system matrilineal. Di sana, kekeluargan juga sangat tinggi.
Sebelum jaman colonial, penduduk Mikronesia adalah penganut politeisme, yaitu kepercayaan yang menganut lebih dari satu tuhan atau dewa. Mereka percaya tuhanlah yang mengatur kesehatan, cuaca, dan kondisi-kondisi lainnya. Misionaris dari Amerika dan Eropa mengubah sebagian besar penduduk Mikronesia menjadi beragama Kristea, terutama Katolik Roma. Seni dan kerajinan di Mikronesia berupa ornament, tato, dan kerajinan kayu.
Kepulauan Pasifik dihuni pertama kali oleh migrant dari Asia Tenggara. Walaupun tidak diketahui persis kapan migrasi itu dilakukan, cukup jelas mereka mulai menghuni di akhir jaman es, selama masa Pleistosin ( berakhir 10.000 tahun lalu ). Selama jaman es, luas laut lebih kecil daripada sekarang, Selat Sunda dan Sahul tidak tertutup air pada saat itu. Selat Sunda menghubungkan semenanjung Asia Tenggara dan menghubungkan banyak pulau di bagian barat Indonesia, seperti Pulau Jawa dan Sumatra. Selat Sahul menghubungkan Australia, New Guinea, dan kepulauan Aru di Indonesia. Ketika Selat Sunda dan Sahul tertutup, New Guinea terpisah dari Australia dan kepulauan bagian timur Indonesia semakin memisah dari Indonesia Tengah karena tertutup oleh air. Ras kulit hitam, yang disebut Austroloit, berlayar sampai ke New Guina dan pulau-pulau lain di Melanesia.
Gelombang selanjutnya dalam migrasi, ras Asia yang berbahasa Melayu-Polinesia, mendiami New Guinea dan sampai ke tenggara dengan menggunakan kano. Mereka menjangkau Kepulauan Fiji sekitar 3.500 tahun lalu. Diawal sekitar 5.000 tahun lalu, gelombang migrasi lainnya, bertubuh lebih pendek dan berkulit lebih terang, menjelajah kea rah timur dari Indonesia dan Filipina ke kepulauan Mikronesia.
Kepulauan Pasifik yang terakhir dihuni adalah Polinesia. Penduduk Polinesia, dengan karakteristik ras Asian, beberapa berasal dari Asia Tenggara. Pelayar Polinesia menempuh daerah Pasifik menggunakan bintang sebagai penunjuk. Mereka melengkapi wilayah oseania dengan menemukan Hawai pada sekitar abad ke 7 sampai 13. Karena hamper semua populasi Kepulauan Pasifik melewati Melanesia, wilayah tersebut memiliki penduduk yang menrupakan pencampuran dari banyak ras lainnya..
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat kita tarik rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana perjuangan kemerdekaan Kepulauan Caroline, Marshall, Kiribati dan Nauru ?
2.      Bagaimana kontemporer Kepulauan Caroline, Marshall, Kiribati dan Nauru ?
           
 1.3  Tujuan penulisan
Setelah mempelajari dan membahas makalah ini diharapkan pembaca dapat :
1.      Bagaimana perjuangan kemerdekaan Kepulauan Caroline, Marshall, Kiribati dan Nauru.
2.      Bagaimana kontemporer Kepulauan Caroline, Marshall, Kiribati dan Nauru.
setelah  mempelajari dan membahas makalah ini diharapkan dapat  juga membantu pembaca untuk medapatkan informasi mengenai beberapa negara yang berada di Kepulauan Pasifik















BAB II
PEMBAHASAN
CAROLINE

2.1 Letak Geografis

Caroline adalah wilayah kepulauan yang termasuk dalam wilayah Negara Federasi Mikronesia. Berada di barat Samudera Pasifik atau tepatnya di sebelah utara New Guinea. Negara Federasi Mikronesia (FSM) terdiri dari 607 pulau memperluas 1.800 mil di seluruh kepulauan di Kepulauan Caroline timur Filipina. Keempat negara adalah kelompok pulau dari Yap, Chuuk (disebut Truk sampai Januari 1990), Pohnpei (disebut Ponape sampai November 1984), dan Kosrae. Pertumbuhan penduduk tetap tinggi di lebih dari 3%, tetapi penduduk dari empat negara tetap hampir konstan karena emigrasi. Sebagian besar terdiri dari pulau-pulau yang rendah, datar atol karang , namun beberapa naik tinggi di atas permukaan laut.

2.2 Kependuduk
Nenek moyang bangsa Mikronesia telah berada di kepulauan Caroline lebih dari 4,000 tahun yang lalu. Kelompok-kelompok yang dipimpin oleh seorang kepala suku secara bertahap bergabung dengan kerajaan yang lebih memiliki sistem ekonomi dan agama yang lebih terpusat di Yap.
Penduduk asli berbicara berbagai bahasa Mikronesia termasuk Yap , Pohnpeia , Chuuke , Carolinian dan Kosraean , serta Barat Melayu-Polinesia bahasa Palauan. Populasi penting lainnya termasuk Filipina dan Jepang . Penduduk asli hidup terutama oleh hortikultura dan memancing, juga melengkapi diet mereka dengan berbagai varietas pisang dan talas , baik dari "rawa" atau "ungu" varietas. Pada beberapa perumahan pulau terus dibangun dengan bahan lokal termasuk ilalang kelapa. Bahasa yang diucapkan dalam perdagangan adalah bahasa Inggris, tetapi ada beberapa bahasa asli. Mereka tradisional percaya pada Agung Menjadi (Yalafar) dan dalam roh jahat (Bisa), namun mereka hampir tidak ada ritual keagamaan. Karena luas misionaris bekerja, Kristen adalah agama utama dipraktekkan di kawasan ini Mikronesia

2.3 Kolonialisasi bangsa barat dan kedatangan Jepang
Penjelajah Eropa yang pertama datang adalah Portugis yang sedang dalam perjalanan mencari rempah-rempah ke Indonesia dan disusul oleh Spanyol yang mendarat di Kepulauan Carolina pada abad ke-16. Butuh waktu sekitar lima persinggahan oleh lima kapal Eropa berbeda sebelum nama "Islas de Carolina" digunakan untuk merujuk pada bentangan pulau-pulau terletak di sebelah selatan Guam. Nama tersebut akhirnya terjebak ketika pada 1686, seorang Spanyol bernama Francisco Lazcano, nama mereka setelah Raja Charles II dari Spanyol yang mendanai ekspedisi.
Beberapa pelancong Barat kemudian mengunjungi beberapa pulau-pulau, tapi kunjungan awal misionaris (1732) menghasilkan salah satu serangan beberapa pembunuh para pendatang baru, dan hanya pada tahun 1875 melakukan Spanyol, mengklaim kelompok, membuat beberapa usaha untuk menyatakan hak-haknya.
Kepulauan Caroline selanjutnya ditempatkan di bawah Hindia Timur Spanyol, dikelola dari Filipina. Jerman, yang diduduki Yap, membantah klaim Spanyol, dan masalah pergi ke arbitrase Paus Leo XIII pada tahun 1885. Para Spanyol tidak menempati setiap pulau secara resmi sampai 1886.
Kemudian pada tanggal 1 Juni 1899 di Perjanjian Jerman-Spanyol (1899), sebagai akibat Perang Spanyol-Amerika tahun 1898, Spanyol dijual pulau-pulau ke Jerman untuk peseta 25.000.000 (hampir £ 1.000.000 sterling), yang diberikan mereka sebagai Karolinen, administratif yang terkait dengan Jerman New Guinea.
Selama Perang Dunia II, Jepang memiliki basis besar di Truk Lagoon, dimana Sekutu efektif dinetralisasi dalam Operasi batu hujan es. Setelah perang, pulau-pulau menjadi wilayah kepercayaan dari Amerika Serikat, akhirnya mendapatkan kemerdekaan (1986 / 1994).

2.4 Kemerdekaan Caroline
Negara Federasi Negara Mikronesia (NFM) dibentuk pada tahun 1978 melalui hasil referendum masyarakat di 4 (empat) distrik Trust Territory of the Pacific Island (TPPI) yaitu Truk (Chuuk), Yap, Ponape (Pohnpei), dan Kusaie (Kosrae). Berdasarkan konstitusi NFM yang diberlakukan pada tahun 1979, keempat distrik tersebut selanjutnya menjadi negara bagian (states) NFM yang masing-masing dikepalai oleh seorang Gubernur (Governor of States). NFM menjadi merdeka secara penuh, setelah penandatanganan perjanjian hubungan tidak mengikat dengan AS pada tahun 1986, dan berlaku sepenuhnya pada bulan Juni 2004.
Secara demografi, sampai dengan bulan Juli 2005, Jumlah penduduk NFM adalah 108,105 orang. Berdasarkan etnik penduduk NFM terdiri dari; Chuukese/ Mortlockese 52,197 Pohnpeian 25,904 Kosraean 6,682 Yapese 5,516 Kepulauan Yap Outer 4,849 Polynesian 1,582 Asian 1,914 White 537 Lain-lain 6,326.
Sebagai besar penduduk NFM adalah pemeluk agama Katolik Roma (50 persen) dan Protestan (47 persen). Agama Katolik dan Protestan ini dibawa oleh apra petualang dan penjelajah Eropa yang berhasil menguasai wilayah ini selama lebih dari 300 tahun. NFM menganut sistem Pemerintahan Konstitusional dengan hubungan tidak mengikat dengan AS, yang berlaku sejak tanggal 3 November 1986, dengan peralihan secara penuh berlaku sejak bulan Mei 2004. Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh kongres dari empat senator untuk masa 4 tahun, pemilihan diadakan setiap tanggal 11 Mei, dengan pemilihan terakhir diadakan tanggal 11 Mei 2003 dan pemilihan umum berikutnya akan didakan pada bulan Mei 2007. Presiden Joseph J. Urusemal yang menjabat saat ini sebelumnya adalah anggota Konggres dari wilayah dari negara bagian Yap. Sedangkan Wakil Presiden Redley Killion adalah anggota Kongres dari negara bagian Chuuk.
Aktivitas ekonomi NFM dititikberatkan pada sektor pertanian serta perikanan dan turunannya. Negara kepulauan ini memiliki sedikit persediaan mineral yang bisa dieksplorasi, kecuali untuk pospat bernilai tinggi. Potensi untuk industri pariwisata ada, namun karena terletak di wilayah yang cukup terpencil, tidak dilengkapi dengan sarana yang memadai dan hubungan pesawat yang terbatas dan sulit untuk dikembangkan. Hubungan kuat yang tidak mengikat dengan AS, memberikan jaminan pada NFM bantuan senilai jutaan dollar sampai dengan tahun 2023, dan membentuk Dana Jaminan yang menyebabkan AS dan NFM dapat menyediakan kontribusi tahunan pada NFM untuk menyediakan pembayaran tahunan NFM tanpa jangka waktu setelah tahun 2023.
Situasi ekonomi Mikronesia untuk jangka menengah terlihat sangat rentan, yang disebabkan tidak hanya oleh pengurangan bantuan AS, namun juga pertumbuhan yang lambat dari sektor swasta. Isolasi geografis and pembangunan infrastruktur yang sangat buruk, masih menjadi hambatan untuk pertumbuhan jangka panjang

2.5 Hubungan Indonesia – Carolina
Hubungan bilateral Indonesia – Mikronesia berjalan dengan baik semenjak dibukanya hubungan diplomatik pada tanggal 16 Juli 1991. Hubungan dengan Mikronesia selama ini berjalan baik dan lebih ditujukan untuk keperluan politis dalam hal saling memberikan dukungan kepada calon atau posisi negara masing-masing di forum PBB. Kontak antara RI dan Mikronesia lebih banyak dilakukan oleh kedutaan besar negara masing-masing di Tokyo.
Dalam kegiatan saling mendukung di forum internasional, Mikronesia biasanya tidak berkeberatan untuk diminta memberikan dukungan kepada posisi Indonesia sebagai sesama kelompok Asia. Mikronesia tercatat tidak pernah memberikan dukungan kepada kelompok separatis di Indonesia.
Dari aspek hubungan ekonomi tidak terdapat masalah-masalah yang menonjol dalam hubungan bilateral ekonomi RI-Mikronesia kecuali dalam rangka kerjasama teknik Selatan-Selatan. Pada tahun 1995, Presiden Mikronesia pernah berkunjung ke Indonesia dan dalam kesempatan itu kedua pihak menandatangani Basic Agreement on Economic and Technical Cooperation.
Saat ini, hubungan yang paling sering dilakukan adalah penanganan masalah pelaut Indonesia yang kerap kali terdampar di Mikronesia. Pelaut-pelaut tradisional tersebut terbawa oleh arus hingga terdampar atau tertolong oleh kapal-kapal yang beroperasi di wilayah Mikronesia. Selain itu, Hingga tahun 2005 diperkirakan terdapat sekitar 150 orang pelaut Indonesia yang bekerja pada kapal-kapal penangkap ikan di Mikronesia.

MARSHALL
Republik Kepulauan Marshall (RMI), adalah Negara pulau di tengah Samudra Pasifik, luasnya 181 km2 dengan penduduk 62.000 jiwa. Penjelajah Spanyol Alonso de Salazar merupakan orang Eropa pertama yang menemukan Kep. Marshall, tetapi kepulauan ini tidak pernah dikunjungi lagi selama beberapa abad hingga kapten Inggris John Marshall mengunjuginya pada 1788.
Kepulauan ini kemudian dinamakan menurut namanya. Lalu, sebuah perusahaan dagang Jerman mendirikan cabang di Kep. Marshall pada 1885 yang menjadi bagian dari protektorat Jerman Nugini beberapa tahun kemudian.
Setelah Jerman, Jepang mengambil alih kekuasaan di kepulauan ini pada PD I. Pada PD II, Amerika menghancurkan Jepang dan menguasai kepulauan ini. Masyarakat menjadi tambah menderita karena beberapa pulau di kepulauan Marshall ini menjadi tempat percobaan nuklir Amerika, bahkan menjadi percobaan nuklir terbesar saat itu.
Komisi Energi Atom menyebutkan, kepulauan Marshall menjadi tempat paling tercemar di dunia. Begitu dahsyatnya uji coba nuklir ini, pada tes pertama pulau Elugelab di Enewetak lenyap dari muka bumi. Akibat dari proyek percobaan nuklir ini, banyak penduduk terkena efek radiasi tingkat tinggi. Klaim kompensasi atas itu, masih berlangsung hingga kini.
Tahun 1979, ditandatangani perjanjian Compact of Free Assosiation dengan AS, yang berisi pembentukan Republik Kepulauan Marshal, namun perjanjian tersebut baru mulai berlaku pada 1986.
KIRIBATI
Republik Kiribati (bahasa Inggris: Republic of Kiribati), diucapkan /kiribas/, adalah sebuah negara kepulauan yang terletak di Samudra Pasifik. Ketigapuluh tiga atol negara ini tersebar sepanjang 3.500.000 km² di dekat khatulistiwa. Namanya adalah transliterasi "Gilberts", nama bahasa Inggris untuk kelompok kepulauan terbesar, Kepulauan Gilbert dalam bahasa Kiribati.
Sejarah
Kiribati dihuni sebuah kelompok etnis Mikronesia yang bertuturkan suatu jenis bahasa Oseanik yang sama selama 2.000 tahun sebelum mengadakan hubungan dengan orang-orang Eropa. Pulau-pulau tersebut dinamakan Kepulauan Gilbert pada tahun 1820 oleh seorang Admiral Estonia, Adam von Krusenstern, dan kapten berkebangsaan Perancis, Louis Duperrey; berasal dari nama Thomas Gilbert, yang menyeberangi kepulauan ini pada tahun 1788. Pada tahun 1892, Kepulauan Gilbert menjadi sebuah protektorat Britania Raya bersama dengan Kepulauan Ellice yang berdekatan. Keduanya kemudian menjadi Koloni pada tahun 1916 dan akhirnya menjadi daerah otonomi pada tahun 1971. Pada tahun 1943, Pertempuran Tarawa berlangsung di ibu kota Kiribati di pulau Tarawa.
Pada tahun 1978, Kepulauan Ellice menjadi negara merdeka bernama Tuvalu, dan Kiribati pun ikut merdeka pada 12 Juli 1979. Setelah kemerdekaan Kiribati,
Amerika Serikat menarik segala klaim terhadap Pulau Phoenix dan semua pulau-pulau di Kepulauan Line (kecuali tiga pulau) yang kemudian menjadi wilayah Kiribati.



Politik
Parlemen Kiribati, yang disebut Maneaba ni Maungatabu dilantik setiap empat tahun sekali, dan terdiri dari 42 wakil. Maneaba juga merupakan nama yang diberikan kepada tempat-tempat pertemuan yang terdapat di setiap komunitas setempat. Sang presiden adalah kepala negara sekaligus kepala pemerintahan, dan dipanggil te Beretitenti. Setiap pulau dari 21 pulau yang dihuni mempunyai sebuah dewan setempat yang mengurus masalah-masalah sehari-hari (3 dewan di Tarawa: Betio, Tarawa Selatan, Tarawa Utara).
Ekonomi
Kiribati hanya mempunyai sedikit sumber daya alam. Cadangan fosfat yang bernilai komersial telah habis saat Kiribati merdeka. Kopra dan ikan kini merupakan hasil produksi dan ekspor yang dominan.
Ekonomi Kiribati telah naik-turun dengan besar dalam beberapa tahun terakhir. Perkembangan ekonomi dihalangi kurangnya pekerja berkeahlian tinggi, infrastruktur yang lemah, dan letaknya yang jauh dari pasar dunia.
Demografi
Penduduk Kiribati dipanggil I-Kiribati dalam bahasa Gilbert. Meskipun bahasa Inggris merupakan bahasa yang digunakan dalam konstitusi dan bidang hukum, bahasa Gilbert, bahasa asli penduduk bangsa Mikronesianya digunakan secara luas.
Perlu diperhatikan bahwa tidak ada huruf 's' dalam bahasa Gilbert; 's' digantikan 'ti'. Oleh sebab itulah Pulau Kiritimati dikenal sebagai Christmas dalam bahasa Inggris. Agama terbesar adalah agama Kristen, meski telah dicampur dengan berbagai adat-istiadat dari kepercayaan setempat.

NAURU
Sejak 31 Januari 1968 Nauru merdeka dari Australia dan merupakan negara republik terkecil di dunia terletak di Samudra Pasifik, di sebelah barat laut Tuvalu, di sebelah timur laut kepulauan Solomon, di sebelah barat daya Kiribati. di sebelah selatan Kepulauan Marshall tepatnya di bawah garis khatulistiwa dan hanya terdiri dari satu pulau saja, tidak seperti negara2 tetangganya yang terdiri dari puluhan kepulauan. Nama resmi negara ini adalah Republik Naoero. Nauru adalah anggota British Commonwealth dan sejak 1999 anggota PBB.
Ditinjau dari segi geografis dan penduduk, negara ini termasuk ketiga sesudah Vatican dan Monaco. Luas wilayahnya hanya 21 km2 dan jumlah penduduk sekitar 14.200. Meskipun negara ini tidak memiliki ibukota resmi, namun Yaren dianggap sebagai ibu kota negara secara de facto karena sebagian besar kantor pemerintahan pusat terletak di distrik ini. PBB menggolongkan Yaren sebagai "distrik utama".
Negara republik terkecil didunia juga satu-satunya negara mini yang unik, mempunyai bandara internasional dengan satu runway (landasan terbang). Satu2nya pesawat terbang yang dimiliki oleh negara ini berada di tangan maskapai Amerika Serikat dan membuat negara ini termasuk negara yang terkecil di dunia dan sangat peka karena tergantung sepenuhnya dari negara2 seperti Australia, Selandia Baru, dan Amerika Serikat, yang sekaligus sangat berperanan besar sekali (secara informil) didalam ikut campur urusan dalam negeri. Hampir seluruh kebutuhan pangan harus diimport dari luar negeri.
Nauru merupakan sebuah pulau berbentuk oval yang dililit sabuk karang melingkar di dekat pantainya. Dengan tepi pulau yang cenderung terjal bertebing rata-rata 30 meter di atas permukaan laut (mdpl). Sementara topografinya berupa plato (dataran luas) sampai setinggi 61 mdpl.
Pulaunya persis dilintasi katulistiwa yang lebih condong ke belahan bumi selatan. Hal ini membuat negara Republik Nauru beriklim tropis dengan suhu terendah 24 derajat celcius dan suhu terpanas 34 derajat celcius.
Walau termasuk pulau karang yang berbatu, lapisan tanah Pulau Nauru tergolong subur. Karena hampir 70% plato pulau itu ditutupi lapisan fosfat. Sementara area tanah tersubur terdapat di sekitar laguna (semacam danau kecil) yang terletak di plato wilayah barat daya. Tak jauh dari daerah komunitas Yangor.
Nauru dahulu terkenal dengan hasil produksi fosfatnya yang telah ditambang oleh gabungan perusahaan asing sejak 90 tahun terakhir, dan pada tahun 2003 sudah praktis habis dikeduk. 

POLITIK

Sebanyak 18 anggota parlemen terpilih pada tahun 2004. Parlemen ini kemudian bertugas memilih presiden yang menjabat sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Secara tidak resmi Nauru menerapkan Sistim multipartai dan ada dua partai, yaitu Partai Demokratik (Democratic Party) dan Partai Nauru (Nauru Party).
Pada tahun 1999 dan 2003, terjadi peristiwa yang menyimpang dari aturan mekanisme pengambilan suara yang intinya memilih René Harris dan Bernard Dowiyogo sebagai pimpinan negara alternatif. Dowiyogo meninggal di Washington D.C. setelah menjalani operasi jantung pada waktu itu dia menjabat kedudukan ini.
Pada tanggal 10 Maret 2003 Ludwig Scotty dipilih sebagai presiden, berkat dukungan dari René Harris sehingga dia dapat melanjutkan tugas presiden yang sebelumnya hampir saja gagal memenangkan pemilu yang diselenggarakan pada bulan Agustus 2003. Pada tahun ini juga Nauru sempat memutuskan diplomasi dengan Taiwan yang telah dijalin selama 22 tahun dan berpaling kepada Republik Rakyat China, mungkin karena taktik ekonomi dan keuangan akibat habis dikeduknya tambang fosfat oleh perusahan AS. Tetapi diplomasi dengan Taiwan kembali dijalin pada Mei 2005.
Untuk mengisi keuangan negara, akibat habisnya hasil tambang fosfat, maka negara ini terpaksa harus mengambil tindakan2 impopuler dengan memberikan fasilitas keuangan dan pajak yang sangat menarik untuk investor asing dan para jutawan, tetapi dibawah tekanan berat negara2 kaya lainnya a.l. A.S. dan Australia, politik ini sudah mulai mengalami perubahan.
Nauru sendiri terbagi 14 distrik dan desa-desa yang tersebar di seluruh pulau. Hampir semua desa ini berada disekitar pantai, kecuali desa Buada yang terletak di danau kecil Buadalagoon. Satu-satunya hotel di Nauru adalah hotel Menen Hotel, di desa Meneng, di sebelah tenggara pulau ini.
Pada awal mulanya Nauru dihuni oleh kolonis Polinesia dan Melanisia. Orang Eropa pertama yang mendarat disini adalah John Fearn, in 1798. Nauru saat itu adalah satu kerajaan yang diperintah oleh seorang raja yang bernama Auweyida, sampai tahun 1888 ketika pulau ini dirampas oleh Jerman dan dijadikan bagian dari Papua Jerman, yang pada waktu terdiri dari kepulauan2 Bismarck-archipel, Kaisar Wilhelms, Palau Caroline, kepulauan Marshall, Buka, Bougainville, Kepulauan Salomon utara, dan Maria. Th 1920 Nauru di bawah perlindungan Australia sampai th 1947 ketika PBB memutuskan bahwa negara ini harus merdeka pada tahun 1968. Presiden pertama adalah Hammer DeRoburt yang memulai mengambil tindakan politik untuk melindungi kebudayaan Nauru. Orang2 yang bukan warga Nauru dilarang tinggal di sini, dan untuk mencegah agar penduduk asli emigrasi meninggalkan pulau ini, maka hasil dari tambang fosfat yang membuat negara ini pada awal mulanya mempunyai BNP yang tertinggi di dunia, dipakai sepenuhnya untuk membina kesejahteraan rakyat Nauru, tanpa memperhitungan jangka panjang ke masa depan.
Akibat dari perkembangan di atas, Nauru sendiri saat ini termasuk salah satu negara yang miskin di dunia, dan sepenuhnya tergantung dari turisme yang sangat sedikit sekali, hampir tidak berarti, karena tidak banyak yang dapat dilihat di pulau ini.
Akibat lain dari kemiskinan ini, penduduk asli Naruan mempunyai kebiasaan hidup yg begitu jelek sekali, menirukan di AS, sehingga lebih dari 60% penduduknya menderita obesitas (l.k. 8.500 orang) dan 50% menderita diabet. Ditinjau dari persentasi memang tinggi sekali, tetapi bila dibandingkan dengan negara seperti AS dimana 10% dari penduduknya yang menderita obesitas atau sekitar 24 juta orang, berarti apa2. Menurut penyelidikan depkes AS, ongkos2 kesehatan health care di AS, yang begitu luar biasa besarnya bukan disebabkan dari jeleknya kesehatan akibat kemiskinan seperti yang sering diberitakan, melainkan karena gangguan2 kesehatan akibat dari obesitas yang diperhitungkan memakan beaya sekitar US $ 147 milyar ! , hampir 50% dari beaya anggaran belanja negara Nederland (Di AS tidak mengenal national health insurance yang wajib untuk semua penduduk seperti di Eropa, sehingga pemerintah tdk dapat langsung ikut mencampuri urusan dalam bidang ini).
Hampir 2/3 dari teritorial Nauru sudah rusak akibat dari pertambangan fosfat. Begitu juga kebudayaan asli Nauru sendiri yang dapat dikatakan saat ini sudah hampir lenyap karena sejak diketemukan tambang fosfat, tidak pernah lagi dibina. Pemerintah dan rakyat hanya terfokus kepada kekayaan materi saja sehingga membuat negara ini sekarang miskin dalam bidang materi dan rohani.
Penduduk dan Perekonomian
Sebagai negara kecil, populasi di Nauru tak lebih dari 13.000 orang yang lebih dari separuhnya berdomisili di selatan pulau dekat dengan pusat pemerintahan. Penduduk asli negara ini adalah orang-orang Nauru yaitu suku bangsa campuran Polinesia, Micronesia, dan Melanesia. Mereka berbicara dalam bahasa Nauru dan Inggris.
Di samping penduduk asli, ada juga kaum pendatang. Umumnya dari Australia, RRC, Kiribati, dan Tuvalu. Kaum pendatang ini adalah pekerja kontrak untuk pertambangan fosfat yang menjadi hasil utama dan terbesar Republik Nauru.Fosfat adalah senyawa kimia penting yang terbentuk dari endapan kotoran burung selama ribuan tahun.
Biasanya dimanfatkan untuk pupuk dan kegunaan kimiawi terbatas lainnya. Nauru adalah satu dari sedikit negara pengekspor fosfat terbesar di dunia. Menjadi sumber satu-satunya kekayaan negeri yang merdeka sejak 1968.
Di samping menambang dan mengekspor fosfat, Nauru juga punya perusahaan perkapalan dan penerbangan. Keduanya perusahaan pemerintah dalam bidang transportasi ini melayani jalur pelayaran dan penerbangan di wilayah Pasifik.
Selain itu, negara yang pernah sangat makmur ini juga punya industri lokal perikanan dan pembuatan kano (kapal kecil untuk olahraga). Begitu pun, untuk memenuhi kebutuhan primer dan sekundernya, Nauru senantiasa mengimpor dari negara tetangga terutama Australia. Impor utama itu termasuk otomotif (kendaraan), makanan, perabot, mesin, obat-obatan, sepatu, bahkan air bersih.
Semuanya dibayar dengan dolar Australia sebagai acuan kurs mata uang resmi negara itu.
Di Ambang Kebangkrutan
Kekayaan yang melimpah tak selamanya memberikan jaminan kemakmuran. Mabuk kepayang dalam kemewahan bisa berubah menjadi bencana. Inilah yang terjadi dalam perjalanan negara Republik Nauru.
Nauru pernah dikenal sebagai satu dari negara terkaya di dunia. Dengan karunia kandungan alam yang melimpah dan menjadi sentra tambang fosfat utama dunia. Dalam pasar ekspor dan ekonomi industri, Nauru dijuluki “Negara Fosfat”. Ini karena 70% kandungan tanah di Pulau Nauru terdiri dari endapan kotoran burung yang menjadi fosfat.
Sejak mengelola sendiri industri dan pertambangan fosfatnya, Nauru menjadi negara paling surplus. Selama 40 tahun negara itu berubah menjadi negara mewah dengan pemerintah yang paling royal terhadap rakyat, dan punya standar hidup kaum jet set. Nilai eksport fosfat yang sangat mahal dan bernilai tinggi itu ternyata mengaburkan “kewaspadaan” Nauru sebagai negara dan bangsa.
Dengan segala kemewahan yang didapat dari fosfat, pemerintahnya menjadi kurang kontrol terhadap manajemen keuangannya. Begitu pun rakyatnya terlalu dimanjakan sehingga lambat laun berubah menjadi bangsa yang hidup enak dan “malas”. Di Nauru bahkan tidak ada yang namanya pers dan penyiaran elektronik.
Rata-rata setiap penduduk mempunyai fasilitas perumahan dan barang lux. Walau jalan raya di seluruh pulau itu bisa dikelilingi selama 20 menit saja, namun setiap rumah setidaknya punya dua mobil dan satu di antaranya pasti mobil mewah kelas dunia.
Sangkin royalnya pemerintah, rakyat tak dikenakan pajak, biaya pendidikan dan kesehatan digratiskan, dan kehidupan harian (pangan) disubsidi negara. Bahkan hampir 80% angkatan kerja diberi pekerjaan di instansi pemerintah. Sebagai pegawai negeri mereka tidak terikat jam kerja. Bahkan seorang pengangguran sekalipun bisa menikmati kemewahan, karena disubsidi penuh oleh negara.
Bahkan pemuda Nauru yang ingin meneruskan sekolah di perguruan tinggi akan diberikan beasiswa, akomodasi, dan transportasi memadai untuk menimba ilmu di luar negeri (biasanya ke Australia). Begitu juga dengan pasien yang butuh perawatan khusus.
Semua kemewahan dan kesenangan itu, membuat rakyat menjadi malas bekerja dan menghabiskan waktu untuk menikmati semua kesenangan hidup. Untuk mengelola semua pekerjaan yang membutuhkan pemikiran (manajerial) dan pekerja lapangan (field skill), pemerintah Nauru memakai tenaga ekpatriat (pekerja asing) yang mayoritas dari Australia, RRC, Kiribati dan Tuvalu.
Selama tambang fosfat masih menghasilkan mungkin gaya mewah penduduk Nauru ini tak jadi masalah. Karena tercatat pendapat rata-rata penduduk Nauru jauh melebihi ambang lebih dari cukup pada standar pendapatan penduduk dunia. Namun dalam lima tahun terakhir, negara mulai menyadari bahwa cadangan fosfat mulai habis. Hal itu disadari pada waktu yang sudah sangat terlambat. Di mana telah terjadi penurunan ekspor drastis dari angka 200 juta ton setiap tahunnya mendekati angka puluhan ton dalam tahun-tahun terakhir.
Sebelumnya, Pemerintah Nauru memang sudah melakukan investasi di Australia mencapai angka miliaran dolar AS. Namun karena orang-orang Nauru tak mahir mengelola keuangan, modal investasi itu hanya tersisa sejutaan do-llar saja. Satu-satunya investasi pada bangunan yang masih tetap berdiri di Australia adalah House of Nauru, yaitu bangunan 52 tingkat milik negara Nauru, dan dua gedung lain di kepulauan Pasifik. Anekdot terhadap gedung ini: Seandainya Pulau Nauru tergadai, maka seluruh penduduk akan pindah ke House of Nauru!
Nauru kini berbeda dengan Nauru di masa empat puluhan tahun yang lalu. Negara pulau itu kini sudah di ambang kebangkrutan. Bahkan perusahaan perkapalan dan penerbangannya sudah nyaris tutup. Yang tersisa hanya sedikit kapal kecil dan satu pesawat terbang kenegaraan. Padahal sebelumnya Nauru punya sejumlah armada kapal mewah dan beberapa pesawat terbang komersil. Namun semua aset itu sudah dijual.
Bahkan kekhawatiran akan kemiskinan sudah mendera penduduk dengan pemotongan dan penghapusan subsidi. Sementara produksi tambang fosfat sudah mencapai angka minimal dan hanya meninggalkan lubang menganga di plato pulau Nauru!
Sebuah negara kecil seluas ‘telapak tangan’ di daerah Pasifik Selatan Mikronesia, 500 km dari dari pulau Papua. Ironis, karena negara berarea 21km persegi ini selama 30 tahun pernah tercatat sebagai salah satu negara terkaya di dunia.
Pendapatan perkapitanya pada tahun 1981 mencapai 17.000 dolar, bandingkan dengan Indonesia yang hanya 530 dolar perkapita di tahun yang sama. Dengan pendapatan setinggi itu dan jumlah penduduk yang hanya 13 ribu jiwa (masih lebih banyak penonton liga Indonesia lawan Arab Saudi tempo hari yang mencapai 90.000 jiwa) Nauru menjelma menjadi negara yang sangat kaya. Mereka membangun gedung-gedung tinggi. Membeli mobil-mobil dan pesawat-pesawat komersial mewah. Tak ada orang miskin di sana, apalagi gelandangan. Negara mensubsidi kehidupan seluruh rakyatnya. Lebih dari 80% angkatan kerja diangkat sebagai pegawai negeri. Para pegawai ini tidak terikat jam kerja. Mereka boleh datang dan pergi sesuka hati. Para penganggur pun disubsidi oleh negara. Pendek kata, saking kayanya Nauru, tanpa bekerja pun para penduduk bisa hidup mewah. Rakyat tidak dikenakan pajak. Pendidikan dan kesehatan gratis, pangan disubsidi, yang ingin sekolah ke luar negeri diberi beasiswa. Bahkan saking manjanya, penduduk Nauru enggan jadi pekerja lapangan. Pemerintahnya terpaksa mengimpor tenaga kerja dari Australia, Cina, Kiribati dan Tuvalu.
Negara Phospat
Apa yang membuat Nauru menjadi sebegitu kaya? tak lain karena kotoran burung. Lebih dari 70% tanah Nauru terdiri atas endapan tahi burung Guano yang menumpuk selama ratusan bahkan ribuan tahun lalu. Hal ini dikarenakan dulunya Nauru merupakan tempat bagi koloni besar burung Guano. Kotoran burung ini menjadi phospat, yang berfungsi sebagai pupuk tanaman.
Phospat ditemukan tahun 1899 dan mulai dieksplorasi tahun 1907. Saat itu Nauru masih menjadi bagian dari negara Australia. Setelah diberi kemerdekaan pada 31 Januari 1968, pertambangan phospat dikuasai putra daerah. Diperkirakan, jumlah phospat berkualitas tinggi di seluruh Nauru  41 juta ton. Ini jumlah yang teramat besar. Bandingkan dengan Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau, jumlah seluruh phospatnya diperkirakan hanya 2,5 juta ton. Karena itu wajarlah kiranya negara yang masuk dalam daftar negara terkecil di dunia itu disebut-sebut sebagai negara phospat, dan diincar banyak negara.
Eksplorasi Berlebihan
Kekayaan membuat Nauru terlena. Mereka mengeksplorasi phospat, yang menjadi satu-satunya sandaran hidup negara itu secara besar-besaran, tanpa memikirkan masa depan. Hal ini mengakibatkan dua masalah serius.
Pertama, eksplorasi besar-besaran itu membuat cadangan phospat Nauru menipis. Jumlah ekspornya menurun drastis dari dua juta ton pertahun ke Australia dan Selandia Baru, menjadi hanya 33.000 ton saja tahun 2001. Pendapatan perkapitanya turun dari 17.000 dolar ke angka 3.000 dolar. Tahun 2006 menjadi tahun yang sangat berat bagi Nauru karena pertambangan-pertambangan besar Nauru tutup akibat ketiadaan phospat. Yang masih beroperasi hanyalah pertambangan skala kecil yang tak terlalu bisa diandalkan. Akibatnya sungguh mengerikan. Nauru kini bangkrut.
Hutang mereka mencapai 240 juta dolar, lebih besar dari APBN mereka sendiri. Nauru terpaksa melego propertinya untuk menutupi hutang seperti
gedung pencakar langit Nauru House, Sydney’s Mercure Hotel and Royal Randwick Shopping Center, hotel-hotel Downtowner and Savoy Park Plaza di Melbourne. Meski demikian, hutang tetap belum lunas, masih tersisa 33 juta dolar. Nauru jatuh dalam kubangan kemiskinan. Membayar sewa gedung saja mereka kini tak mampu. Beberapa waktu lalu, 30 orang perwakilan Nauru di Sydney diusir dari gedung kantor mereka karena menunggak sewa. Lapangan terbang mereka pun kini ditutup karena tak punya dana melakukan perawatan. Di tengah kepanikan, pemerintah Nauru mengambil langkah pragmatis, mereka menawarkan Nauru kepada Australia untuk menjadi tempat pengungsian manusia-manusia perahu dengan imbalan 20 juta dolar. Namun, karena masyarakat Nauru terbiasa hidup manja dan malas akibat kemakmuran, mereka tidak tahu bagaimana cara mengurus para pengungsi ini, akibatnya para pengungsi hidup terlantar dalam kondisi menyedihkan.
Kerusakan Lingkungan
Masalah kedua Nauru adalah kerusakan lingkungan. Masalah ini tak kalah seriusnya. Organisasi pecinta lingkungan Greenpeace mencatat, akibat pertambangan yang membabi buta, 90% wilayah Nauru kini tak layak huni (waste-land),dan memerlukan rehabilitasi secara besar-besaran. Nauru menuntut Inggris, Australia dan Selandia Baru untuk membayar ganti rugi atas kerusakan ekologinya, sebab perusahaan-perusahaan tambang yang beroperasi di Nauru berasal dari negara-negara tersebut. Pada penyelesaian sengketa di luar pengadilan, Australia setuju membayar 2,5 juta dolar Australia pertahun selama 20 tahun. Inggris dan Selandia Baru, masing-masing membayar 12 juta dolar. Namun kompensasi ini sungguh tak sebanding dengan kerusakan yang ditimbulkan. Tercatat, selain merusak 90% wilayah Nauru, pertambangan juga menghancurkan 40% kehidupan laut di Zona Ekonomi Ekslusif (Exclusive Economic Zone). Vegetasi hijau dan habitat mamalia musnah. Jenis-jenis hewan di Nauru sangat sedikit, bisa dihitung dengan jari.
Kini, masalah yang lebih gawat menanti di depan mata. Akibat kerusakan lingkungan, lahan yang ada tak bisa ditanami dan cadangan air menghilang.
Mereka terpaksa mengimpor seluruh makanan dan minuman dari Australia.  Sungguh mengkhawatirkan kondisi negara kecil Nauru kini. Wilayah yang dulunya makmur dan subur itu, kini panas dan gersang. Tak ada lagi kehijauan, hanya debu yang menutup pandangan.



BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Caroline adalah wilayah kepulauan yang termasuk dalam wilayah Negara Federasi Mikronesia. Berada di barat Samudera Pasifik atau tepatnya di sebelah utara New Guinea.
Nenek moyang bangsa Mikronesia telah berada di kepulauan Caroline lebih dari 4,000 tahun yang lalu. Kelompok-kelompok yang dipimpin oleh seorang kepala suku secara bertahap bergabung dengan kerajaan yang lebih memiliki sistem ekonomi dan agama yang lebih terpusat di Yap.
Penjelajah Eropa yang pertama datang adalah Portugis yang sedang dalam perjalanan mencari rempah-rempah ke Indonesia dan disusul oleh Spanyol yang mendarat di Kepulauan Carolina pada abad ke-16.
Negara Federasi Negara Mikronesia (NFM) dibentuk pada tahun 1978 melalui hasil referendum masyarakat di 4 (empat) distrik Trust Territory of the Pacific Island (TPPI) yaitu Truk (Chuuk), Yap, Ponape (Pohnpei), dan Kusaie (Kosrae). Berdasarkan konstitusi NFM yang diberlakukan pada tahun 1979, keempat distrik tersebut selanjutnya menjadi negara bagian (states) NFM yang masing-masing dikepalai oleh seorang Gubernur (Governor of States). NFM menjadi merdeka secara penuh, setelah penandatanganan perjanjian hubungan tidak mengikat dengan AS pada tahun 1986, dan berlaku sepenuhnya pada bulan Juni 2004.

3.2 Kritik dan Saran
Penulisan makalah yang mengenai bagian-bgian negara di Kepulauan Pasifik ini masih jauh dari sempurna. Kami dari kelompok 2 mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar pada penyusunan berikutnya semakin baik. Semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Daftar pustaka
http://WWW. /Fenomena  Negara “Super Kecil” Itu Bernama Nauru « Koran Nias.htm
http:/// WWW. Kepulauan Pasifik _ SAYAP BARAT.htm
http:/// WWW. Scribd.com /kepulauan-marshall.htm
http:/// www. Republic of Kiribati – Micronesia _ BALTYRA.htm



0 komentar:

Posting Komentar

Minggu, 29 Juli 2012

Sejarah Autralian dan Oceania, Mikronesia; Kepulauan Caroline, Nauru, Marshall dan Kiribati

Diposting oleh Unknown di 07.10

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini dengan baik. Adapun  makalah yang kami buat ini mengenai beberapa negara di Kepulauan Pasifik.
Adapun isi dari makalah ini adalah tentang Kepulauan Caroline, Nauru, Marshall dan Kiribati, yang meliputi perjuangan kemerdekaannya dan kontemporer kepulaua tersebut. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Australia dan Oceania.

Lanjut yak...
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Indralaya, 9 Mei  2012





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR                                                                                   1
DAFTAR ISI                                                                                                  2
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang                                                                              3
1.2  Rumusan masalah                                                                         4
1.3  Tujuan penulisan                                                                           5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kepulauan Caroline                                                                      6
2.2 Kepulauan Marshall                                                                      10
2.3 Kepulauan Kiribati                                                                        11
2.4 Kepulauan Nauru                                                                          13

BAB III  PENUTUP
3.1 Kesimpulan                                                                                 23
3.2 Kritik dan Saran                                                                         23
3.3 Daftar Pustaka                                                                            24







BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Kepulauan kecil dan pulau-pulau karang Micronesia menyebar luas meliputi bagian besar wilayah utara Melanesia dan timur Asia. Mikronesia memiliki 4 bagian kepulauan. Kepulauan Carolina, kepulauan Mariana, Palau, dan Guam. Di timur Mariana adalah kepulauan Mershal. Di bagian tenggara Mariana adalah Negara Kiribati yang berada di wilayah ekuator. Negara kecil Nauru di bagian barat Kiribati juga termasuk dalam Mikronesia. Kepulauan Mikronesia sangat kecil denga luas daatan hanya 3240 sq km. Lebih dari itu, Makronesia hanya mencakup sekitar 3,6 persen dari total wilayah daratan Oseania.
            Pulau-pulau dibagain timur Mikrinesia didiami oleh pe nduduk keturunan ras Polinesia, atau mongoloid, yang karakteristiknya adalah berkulit lebih terang dan berambut hitam lurus atau bergelombang, tapi tidak ikal. Di uung bagian barat kepulauan, ras kulit coklat Melayu dan kulit hitam Melanesia juga ditemukan.Karena sebagian besar mata pencaharian menra adalah sebagai pelaut dan sering bepergian antar pulau, Secara umum, penduduk Mikronesia hidup di pantai. Selain di Kiribati, kebudayaan di Mikronesia menganut system matrilineal. Di sana, kekeluargan juga sangat tinggi.
Sebelum jaman colonial, penduduk Mikronesia adalah penganut politeisme, yaitu kepercayaan yang menganut lebih dari satu tuhan atau dewa. Mereka percaya tuhanlah yang mengatur kesehatan, cuaca, dan kondisi-kondisi lainnya. Misionaris dari Amerika dan Eropa mengubah sebagian besar penduduk Mikronesia menjadi beragama Kristea, terutama Katolik Roma. Seni dan kerajinan di Mikronesia berupa ornament, tato, dan kerajinan kayu.
Kepulauan Pasifik dihuni pertama kali oleh migrant dari Asia Tenggara. Walaupun tidak diketahui persis kapan migrasi itu dilakukan, cukup jelas mereka mulai menghuni di akhir jaman es, selama masa Pleistosin ( berakhir 10.000 tahun lalu ). Selama jaman es, luas laut lebih kecil daripada sekarang, Selat Sunda dan Sahul tidak tertutup air pada saat itu. Selat Sunda menghubungkan semenanjung Asia Tenggara dan menghubungkan banyak pulau di bagian barat Indonesia, seperti Pulau Jawa dan Sumatra. Selat Sahul menghubungkan Australia, New Guinea, dan kepulauan Aru di Indonesia. Ketika Selat Sunda dan Sahul tertutup, New Guinea terpisah dari Australia dan kepulauan bagian timur Indonesia semakin memisah dari Indonesia Tengah karena tertutup oleh air. Ras kulit hitam, yang disebut Austroloit, berlayar sampai ke New Guina dan pulau-pulau lain di Melanesia.
Gelombang selanjutnya dalam migrasi, ras Asia yang berbahasa Melayu-Polinesia, mendiami New Guinea dan sampai ke tenggara dengan menggunakan kano. Mereka menjangkau Kepulauan Fiji sekitar 3.500 tahun lalu. Diawal sekitar 5.000 tahun lalu, gelombang migrasi lainnya, bertubuh lebih pendek dan berkulit lebih terang, menjelajah kea rah timur dari Indonesia dan Filipina ke kepulauan Mikronesia.
Kepulauan Pasifik yang terakhir dihuni adalah Polinesia. Penduduk Polinesia, dengan karakteristik ras Asian, beberapa berasal dari Asia Tenggara. Pelayar Polinesia menempuh daerah Pasifik menggunakan bintang sebagai penunjuk. Mereka melengkapi wilayah oseania dengan menemukan Hawai pada sekitar abad ke 7 sampai 13. Karena hamper semua populasi Kepulauan Pasifik melewati Melanesia, wilayah tersebut memiliki penduduk yang menrupakan pencampuran dari banyak ras lainnya..
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat kita tarik rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana perjuangan kemerdekaan Kepulauan Caroline, Marshall, Kiribati dan Nauru ?
2.      Bagaimana kontemporer Kepulauan Caroline, Marshall, Kiribati dan Nauru ?
           
 1.3  Tujuan penulisan
Setelah mempelajari dan membahas makalah ini diharapkan pembaca dapat :
1.      Bagaimana perjuangan kemerdekaan Kepulauan Caroline, Marshall, Kiribati dan Nauru.
2.      Bagaimana kontemporer Kepulauan Caroline, Marshall, Kiribati dan Nauru.
setelah  mempelajari dan membahas makalah ini diharapkan dapat  juga membantu pembaca untuk medapatkan informasi mengenai beberapa negara yang berada di Kepulauan Pasifik















BAB II
PEMBAHASAN
CAROLINE

2.1 Letak Geografis

Caroline adalah wilayah kepulauan yang termasuk dalam wilayah Negara Federasi Mikronesia. Berada di barat Samudera Pasifik atau tepatnya di sebelah utara New Guinea. Negara Federasi Mikronesia (FSM) terdiri dari 607 pulau memperluas 1.800 mil di seluruh kepulauan di Kepulauan Caroline timur Filipina. Keempat negara adalah kelompok pulau dari Yap, Chuuk (disebut Truk sampai Januari 1990), Pohnpei (disebut Ponape sampai November 1984), dan Kosrae. Pertumbuhan penduduk tetap tinggi di lebih dari 3%, tetapi penduduk dari empat negara tetap hampir konstan karena emigrasi. Sebagian besar terdiri dari pulau-pulau yang rendah, datar atol karang , namun beberapa naik tinggi di atas permukaan laut.

2.2 Kependuduk
Nenek moyang bangsa Mikronesia telah berada di kepulauan Caroline lebih dari 4,000 tahun yang lalu. Kelompok-kelompok yang dipimpin oleh seorang kepala suku secara bertahap bergabung dengan kerajaan yang lebih memiliki sistem ekonomi dan agama yang lebih terpusat di Yap.
Penduduk asli berbicara berbagai bahasa Mikronesia termasuk Yap , Pohnpeia , Chuuke , Carolinian dan Kosraean , serta Barat Melayu-Polinesia bahasa Palauan. Populasi penting lainnya termasuk Filipina dan Jepang . Penduduk asli hidup terutama oleh hortikultura dan memancing, juga melengkapi diet mereka dengan berbagai varietas pisang dan talas , baik dari "rawa" atau "ungu" varietas. Pada beberapa perumahan pulau terus dibangun dengan bahan lokal termasuk ilalang kelapa. Bahasa yang diucapkan dalam perdagangan adalah bahasa Inggris, tetapi ada beberapa bahasa asli. Mereka tradisional percaya pada Agung Menjadi (Yalafar) dan dalam roh jahat (Bisa), namun mereka hampir tidak ada ritual keagamaan. Karena luas misionaris bekerja, Kristen adalah agama utama dipraktekkan di kawasan ini Mikronesia

2.3 Kolonialisasi bangsa barat dan kedatangan Jepang
Penjelajah Eropa yang pertama datang adalah Portugis yang sedang dalam perjalanan mencari rempah-rempah ke Indonesia dan disusul oleh Spanyol yang mendarat di Kepulauan Carolina pada abad ke-16. Butuh waktu sekitar lima persinggahan oleh lima kapal Eropa berbeda sebelum nama "Islas de Carolina" digunakan untuk merujuk pada bentangan pulau-pulau terletak di sebelah selatan Guam. Nama tersebut akhirnya terjebak ketika pada 1686, seorang Spanyol bernama Francisco Lazcano, nama mereka setelah Raja Charles II dari Spanyol yang mendanai ekspedisi.
Beberapa pelancong Barat kemudian mengunjungi beberapa pulau-pulau, tapi kunjungan awal misionaris (1732) menghasilkan salah satu serangan beberapa pembunuh para pendatang baru, dan hanya pada tahun 1875 melakukan Spanyol, mengklaim kelompok, membuat beberapa usaha untuk menyatakan hak-haknya.
Kepulauan Caroline selanjutnya ditempatkan di bawah Hindia Timur Spanyol, dikelola dari Filipina. Jerman, yang diduduki Yap, membantah klaim Spanyol, dan masalah pergi ke arbitrase Paus Leo XIII pada tahun 1885. Para Spanyol tidak menempati setiap pulau secara resmi sampai 1886.
Kemudian pada tanggal 1 Juni 1899 di Perjanjian Jerman-Spanyol (1899), sebagai akibat Perang Spanyol-Amerika tahun 1898, Spanyol dijual pulau-pulau ke Jerman untuk peseta 25.000.000 (hampir £ 1.000.000 sterling), yang diberikan mereka sebagai Karolinen, administratif yang terkait dengan Jerman New Guinea.
Selama Perang Dunia II, Jepang memiliki basis besar di Truk Lagoon, dimana Sekutu efektif dinetralisasi dalam Operasi batu hujan es. Setelah perang, pulau-pulau menjadi wilayah kepercayaan dari Amerika Serikat, akhirnya mendapatkan kemerdekaan (1986 / 1994).

2.4 Kemerdekaan Caroline
Negara Federasi Negara Mikronesia (NFM) dibentuk pada tahun 1978 melalui hasil referendum masyarakat di 4 (empat) distrik Trust Territory of the Pacific Island (TPPI) yaitu Truk (Chuuk), Yap, Ponape (Pohnpei), dan Kusaie (Kosrae). Berdasarkan konstitusi NFM yang diberlakukan pada tahun 1979, keempat distrik tersebut selanjutnya menjadi negara bagian (states) NFM yang masing-masing dikepalai oleh seorang Gubernur (Governor of States). NFM menjadi merdeka secara penuh, setelah penandatanganan perjanjian hubungan tidak mengikat dengan AS pada tahun 1986, dan berlaku sepenuhnya pada bulan Juni 2004.
Secara demografi, sampai dengan bulan Juli 2005, Jumlah penduduk NFM adalah 108,105 orang. Berdasarkan etnik penduduk NFM terdiri dari; Chuukese/ Mortlockese 52,197 Pohnpeian 25,904 Kosraean 6,682 Yapese 5,516 Kepulauan Yap Outer 4,849 Polynesian 1,582 Asian 1,914 White 537 Lain-lain 6,326.
Sebagai besar penduduk NFM adalah pemeluk agama Katolik Roma (50 persen) dan Protestan (47 persen). Agama Katolik dan Protestan ini dibawa oleh apra petualang dan penjelajah Eropa yang berhasil menguasai wilayah ini selama lebih dari 300 tahun. NFM menganut sistem Pemerintahan Konstitusional dengan hubungan tidak mengikat dengan AS, yang berlaku sejak tanggal 3 November 1986, dengan peralihan secara penuh berlaku sejak bulan Mei 2004. Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh kongres dari empat senator untuk masa 4 tahun, pemilihan diadakan setiap tanggal 11 Mei, dengan pemilihan terakhir diadakan tanggal 11 Mei 2003 dan pemilihan umum berikutnya akan didakan pada bulan Mei 2007. Presiden Joseph J. Urusemal yang menjabat saat ini sebelumnya adalah anggota Konggres dari wilayah dari negara bagian Yap. Sedangkan Wakil Presiden Redley Killion adalah anggota Kongres dari negara bagian Chuuk.
Aktivitas ekonomi NFM dititikberatkan pada sektor pertanian serta perikanan dan turunannya. Negara kepulauan ini memiliki sedikit persediaan mineral yang bisa dieksplorasi, kecuali untuk pospat bernilai tinggi. Potensi untuk industri pariwisata ada, namun karena terletak di wilayah yang cukup terpencil, tidak dilengkapi dengan sarana yang memadai dan hubungan pesawat yang terbatas dan sulit untuk dikembangkan. Hubungan kuat yang tidak mengikat dengan AS, memberikan jaminan pada NFM bantuan senilai jutaan dollar sampai dengan tahun 2023, dan membentuk Dana Jaminan yang menyebabkan AS dan NFM dapat menyediakan kontribusi tahunan pada NFM untuk menyediakan pembayaran tahunan NFM tanpa jangka waktu setelah tahun 2023.
Situasi ekonomi Mikronesia untuk jangka menengah terlihat sangat rentan, yang disebabkan tidak hanya oleh pengurangan bantuan AS, namun juga pertumbuhan yang lambat dari sektor swasta. Isolasi geografis and pembangunan infrastruktur yang sangat buruk, masih menjadi hambatan untuk pertumbuhan jangka panjang

2.5 Hubungan Indonesia – Carolina
Hubungan bilateral Indonesia – Mikronesia berjalan dengan baik semenjak dibukanya hubungan diplomatik pada tanggal 16 Juli 1991. Hubungan dengan Mikronesia selama ini berjalan baik dan lebih ditujukan untuk keperluan politis dalam hal saling memberikan dukungan kepada calon atau posisi negara masing-masing di forum PBB. Kontak antara RI dan Mikronesia lebih banyak dilakukan oleh kedutaan besar negara masing-masing di Tokyo.
Dalam kegiatan saling mendukung di forum internasional, Mikronesia biasanya tidak berkeberatan untuk diminta memberikan dukungan kepada posisi Indonesia sebagai sesama kelompok Asia. Mikronesia tercatat tidak pernah memberikan dukungan kepada kelompok separatis di Indonesia.
Dari aspek hubungan ekonomi tidak terdapat masalah-masalah yang menonjol dalam hubungan bilateral ekonomi RI-Mikronesia kecuali dalam rangka kerjasama teknik Selatan-Selatan. Pada tahun 1995, Presiden Mikronesia pernah berkunjung ke Indonesia dan dalam kesempatan itu kedua pihak menandatangani Basic Agreement on Economic and Technical Cooperation.
Saat ini, hubungan yang paling sering dilakukan adalah penanganan masalah pelaut Indonesia yang kerap kali terdampar di Mikronesia. Pelaut-pelaut tradisional tersebut terbawa oleh arus hingga terdampar atau tertolong oleh kapal-kapal yang beroperasi di wilayah Mikronesia. Selain itu, Hingga tahun 2005 diperkirakan terdapat sekitar 150 orang pelaut Indonesia yang bekerja pada kapal-kapal penangkap ikan di Mikronesia.

MARSHALL
Republik Kepulauan Marshall (RMI), adalah Negara pulau di tengah Samudra Pasifik, luasnya 181 km2 dengan penduduk 62.000 jiwa. Penjelajah Spanyol Alonso de Salazar merupakan orang Eropa pertama yang menemukan Kep. Marshall, tetapi kepulauan ini tidak pernah dikunjungi lagi selama beberapa abad hingga kapten Inggris John Marshall mengunjuginya pada 1788.
Kepulauan ini kemudian dinamakan menurut namanya. Lalu, sebuah perusahaan dagang Jerman mendirikan cabang di Kep. Marshall pada 1885 yang menjadi bagian dari protektorat Jerman Nugini beberapa tahun kemudian.
Setelah Jerman, Jepang mengambil alih kekuasaan di kepulauan ini pada PD I. Pada PD II, Amerika menghancurkan Jepang dan menguasai kepulauan ini. Masyarakat menjadi tambah menderita karena beberapa pulau di kepulauan Marshall ini menjadi tempat percobaan nuklir Amerika, bahkan menjadi percobaan nuklir terbesar saat itu.
Komisi Energi Atom menyebutkan, kepulauan Marshall menjadi tempat paling tercemar di dunia. Begitu dahsyatnya uji coba nuklir ini, pada tes pertama pulau Elugelab di Enewetak lenyap dari muka bumi. Akibat dari proyek percobaan nuklir ini, banyak penduduk terkena efek radiasi tingkat tinggi. Klaim kompensasi atas itu, masih berlangsung hingga kini.
Tahun 1979, ditandatangani perjanjian Compact of Free Assosiation dengan AS, yang berisi pembentukan Republik Kepulauan Marshal, namun perjanjian tersebut baru mulai berlaku pada 1986.
KIRIBATI
Republik Kiribati (bahasa Inggris: Republic of Kiribati), diucapkan /kiribas/, adalah sebuah negara kepulauan yang terletak di Samudra Pasifik. Ketigapuluh tiga atol negara ini tersebar sepanjang 3.500.000 km² di dekat khatulistiwa. Namanya adalah transliterasi "Gilberts", nama bahasa Inggris untuk kelompok kepulauan terbesar, Kepulauan Gilbert dalam bahasa Kiribati.
Sejarah
Kiribati dihuni sebuah kelompok etnis Mikronesia yang bertuturkan suatu jenis bahasa Oseanik yang sama selama 2.000 tahun sebelum mengadakan hubungan dengan orang-orang Eropa. Pulau-pulau tersebut dinamakan Kepulauan Gilbert pada tahun 1820 oleh seorang Admiral Estonia, Adam von Krusenstern, dan kapten berkebangsaan Perancis, Louis Duperrey; berasal dari nama Thomas Gilbert, yang menyeberangi kepulauan ini pada tahun 1788. Pada tahun 1892, Kepulauan Gilbert menjadi sebuah protektorat Britania Raya bersama dengan Kepulauan Ellice yang berdekatan. Keduanya kemudian menjadi Koloni pada tahun 1916 dan akhirnya menjadi daerah otonomi pada tahun 1971. Pada tahun 1943, Pertempuran Tarawa berlangsung di ibu kota Kiribati di pulau Tarawa.
Pada tahun 1978, Kepulauan Ellice menjadi negara merdeka bernama Tuvalu, dan Kiribati pun ikut merdeka pada 12 Juli 1979. Setelah kemerdekaan Kiribati,
Amerika Serikat menarik segala klaim terhadap Pulau Phoenix dan semua pulau-pulau di Kepulauan Line (kecuali tiga pulau) yang kemudian menjadi wilayah Kiribati.



Politik
Parlemen Kiribati, yang disebut Maneaba ni Maungatabu dilantik setiap empat tahun sekali, dan terdiri dari 42 wakil. Maneaba juga merupakan nama yang diberikan kepada tempat-tempat pertemuan yang terdapat di setiap komunitas setempat. Sang presiden adalah kepala negara sekaligus kepala pemerintahan, dan dipanggil te Beretitenti. Setiap pulau dari 21 pulau yang dihuni mempunyai sebuah dewan setempat yang mengurus masalah-masalah sehari-hari (3 dewan di Tarawa: Betio, Tarawa Selatan, Tarawa Utara).
Ekonomi
Kiribati hanya mempunyai sedikit sumber daya alam. Cadangan fosfat yang bernilai komersial telah habis saat Kiribati merdeka. Kopra dan ikan kini merupakan hasil produksi dan ekspor yang dominan.
Ekonomi Kiribati telah naik-turun dengan besar dalam beberapa tahun terakhir. Perkembangan ekonomi dihalangi kurangnya pekerja berkeahlian tinggi, infrastruktur yang lemah, dan letaknya yang jauh dari pasar dunia.
Demografi
Penduduk Kiribati dipanggil I-Kiribati dalam bahasa Gilbert. Meskipun bahasa Inggris merupakan bahasa yang digunakan dalam konstitusi dan bidang hukum, bahasa Gilbert, bahasa asli penduduk bangsa Mikronesianya digunakan secara luas.
Perlu diperhatikan bahwa tidak ada huruf 's' dalam bahasa Gilbert; 's' digantikan 'ti'. Oleh sebab itulah Pulau Kiritimati dikenal sebagai Christmas dalam bahasa Inggris. Agama terbesar adalah agama Kristen, meski telah dicampur dengan berbagai adat-istiadat dari kepercayaan setempat.

NAURU
Sejak 31 Januari 1968 Nauru merdeka dari Australia dan merupakan negara republik terkecil di dunia terletak di Samudra Pasifik, di sebelah barat laut Tuvalu, di sebelah timur laut kepulauan Solomon, di sebelah barat daya Kiribati. di sebelah selatan Kepulauan Marshall tepatnya di bawah garis khatulistiwa dan hanya terdiri dari satu pulau saja, tidak seperti negara2 tetangganya yang terdiri dari puluhan kepulauan. Nama resmi negara ini adalah Republik Naoero. Nauru adalah anggota British Commonwealth dan sejak 1999 anggota PBB.
Ditinjau dari segi geografis dan penduduk, negara ini termasuk ketiga sesudah Vatican dan Monaco. Luas wilayahnya hanya 21 km2 dan jumlah penduduk sekitar 14.200. Meskipun negara ini tidak memiliki ibukota resmi, namun Yaren dianggap sebagai ibu kota negara secara de facto karena sebagian besar kantor pemerintahan pusat terletak di distrik ini. PBB menggolongkan Yaren sebagai "distrik utama".
Negara republik terkecil didunia juga satu-satunya negara mini yang unik, mempunyai bandara internasional dengan satu runway (landasan terbang). Satu2nya pesawat terbang yang dimiliki oleh negara ini berada di tangan maskapai Amerika Serikat dan membuat negara ini termasuk negara yang terkecil di dunia dan sangat peka karena tergantung sepenuhnya dari negara2 seperti Australia, Selandia Baru, dan Amerika Serikat, yang sekaligus sangat berperanan besar sekali (secara informil) didalam ikut campur urusan dalam negeri. Hampir seluruh kebutuhan pangan harus diimport dari luar negeri.
Nauru merupakan sebuah pulau berbentuk oval yang dililit sabuk karang melingkar di dekat pantainya. Dengan tepi pulau yang cenderung terjal bertebing rata-rata 30 meter di atas permukaan laut (mdpl). Sementara topografinya berupa plato (dataran luas) sampai setinggi 61 mdpl.
Pulaunya persis dilintasi katulistiwa yang lebih condong ke belahan bumi selatan. Hal ini membuat negara Republik Nauru beriklim tropis dengan suhu terendah 24 derajat celcius dan suhu terpanas 34 derajat celcius.
Walau termasuk pulau karang yang berbatu, lapisan tanah Pulau Nauru tergolong subur. Karena hampir 70% plato pulau itu ditutupi lapisan fosfat. Sementara area tanah tersubur terdapat di sekitar laguna (semacam danau kecil) yang terletak di plato wilayah barat daya. Tak jauh dari daerah komunitas Yangor.
Nauru dahulu terkenal dengan hasil produksi fosfatnya yang telah ditambang oleh gabungan perusahaan asing sejak 90 tahun terakhir, dan pada tahun 2003 sudah praktis habis dikeduk. 

POLITIK

Sebanyak 18 anggota parlemen terpilih pada tahun 2004. Parlemen ini kemudian bertugas memilih presiden yang menjabat sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Secara tidak resmi Nauru menerapkan Sistim multipartai dan ada dua partai, yaitu Partai Demokratik (Democratic Party) dan Partai Nauru (Nauru Party).
Pada tahun 1999 dan 2003, terjadi peristiwa yang menyimpang dari aturan mekanisme pengambilan suara yang intinya memilih René Harris dan Bernard Dowiyogo sebagai pimpinan negara alternatif. Dowiyogo meninggal di Washington D.C. setelah menjalani operasi jantung pada waktu itu dia menjabat kedudukan ini.
Pada tanggal 10 Maret 2003 Ludwig Scotty dipilih sebagai presiden, berkat dukungan dari René Harris sehingga dia dapat melanjutkan tugas presiden yang sebelumnya hampir saja gagal memenangkan pemilu yang diselenggarakan pada bulan Agustus 2003. Pada tahun ini juga Nauru sempat memutuskan diplomasi dengan Taiwan yang telah dijalin selama 22 tahun dan berpaling kepada Republik Rakyat China, mungkin karena taktik ekonomi dan keuangan akibat habis dikeduknya tambang fosfat oleh perusahan AS. Tetapi diplomasi dengan Taiwan kembali dijalin pada Mei 2005.
Untuk mengisi keuangan negara, akibat habisnya hasil tambang fosfat, maka negara ini terpaksa harus mengambil tindakan2 impopuler dengan memberikan fasilitas keuangan dan pajak yang sangat menarik untuk investor asing dan para jutawan, tetapi dibawah tekanan berat negara2 kaya lainnya a.l. A.S. dan Australia, politik ini sudah mulai mengalami perubahan.
Nauru sendiri terbagi 14 distrik dan desa-desa yang tersebar di seluruh pulau. Hampir semua desa ini berada disekitar pantai, kecuali desa Buada yang terletak di danau kecil Buadalagoon. Satu-satunya hotel di Nauru adalah hotel Menen Hotel, di desa Meneng, di sebelah tenggara pulau ini.
Pada awal mulanya Nauru dihuni oleh kolonis Polinesia dan Melanisia. Orang Eropa pertama yang mendarat disini adalah John Fearn, in 1798. Nauru saat itu adalah satu kerajaan yang diperintah oleh seorang raja yang bernama Auweyida, sampai tahun 1888 ketika pulau ini dirampas oleh Jerman dan dijadikan bagian dari Papua Jerman, yang pada waktu terdiri dari kepulauan2 Bismarck-archipel, Kaisar Wilhelms, Palau Caroline, kepulauan Marshall, Buka, Bougainville, Kepulauan Salomon utara, dan Maria. Th 1920 Nauru di bawah perlindungan Australia sampai th 1947 ketika PBB memutuskan bahwa negara ini harus merdeka pada tahun 1968. Presiden pertama adalah Hammer DeRoburt yang memulai mengambil tindakan politik untuk melindungi kebudayaan Nauru. Orang2 yang bukan warga Nauru dilarang tinggal di sini, dan untuk mencegah agar penduduk asli emigrasi meninggalkan pulau ini, maka hasil dari tambang fosfat yang membuat negara ini pada awal mulanya mempunyai BNP yang tertinggi di dunia, dipakai sepenuhnya untuk membina kesejahteraan rakyat Nauru, tanpa memperhitungan jangka panjang ke masa depan.
Akibat dari perkembangan di atas, Nauru sendiri saat ini termasuk salah satu negara yang miskin di dunia, dan sepenuhnya tergantung dari turisme yang sangat sedikit sekali, hampir tidak berarti, karena tidak banyak yang dapat dilihat di pulau ini.
Akibat lain dari kemiskinan ini, penduduk asli Naruan mempunyai kebiasaan hidup yg begitu jelek sekali, menirukan di AS, sehingga lebih dari 60% penduduknya menderita obesitas (l.k. 8.500 orang) dan 50% menderita diabet. Ditinjau dari persentasi memang tinggi sekali, tetapi bila dibandingkan dengan negara seperti AS dimana 10% dari penduduknya yang menderita obesitas atau sekitar 24 juta orang, berarti apa2. Menurut penyelidikan depkes AS, ongkos2 kesehatan health care di AS, yang begitu luar biasa besarnya bukan disebabkan dari jeleknya kesehatan akibat kemiskinan seperti yang sering diberitakan, melainkan karena gangguan2 kesehatan akibat dari obesitas yang diperhitungkan memakan beaya sekitar US $ 147 milyar ! , hampir 50% dari beaya anggaran belanja negara Nederland (Di AS tidak mengenal national health insurance yang wajib untuk semua penduduk seperti di Eropa, sehingga pemerintah tdk dapat langsung ikut mencampuri urusan dalam bidang ini).
Hampir 2/3 dari teritorial Nauru sudah rusak akibat dari pertambangan fosfat. Begitu juga kebudayaan asli Nauru sendiri yang dapat dikatakan saat ini sudah hampir lenyap karena sejak diketemukan tambang fosfat, tidak pernah lagi dibina. Pemerintah dan rakyat hanya terfokus kepada kekayaan materi saja sehingga membuat negara ini sekarang miskin dalam bidang materi dan rohani.
Penduduk dan Perekonomian
Sebagai negara kecil, populasi di Nauru tak lebih dari 13.000 orang yang lebih dari separuhnya berdomisili di selatan pulau dekat dengan pusat pemerintahan. Penduduk asli negara ini adalah orang-orang Nauru yaitu suku bangsa campuran Polinesia, Micronesia, dan Melanesia. Mereka berbicara dalam bahasa Nauru dan Inggris.
Di samping penduduk asli, ada juga kaum pendatang. Umumnya dari Australia, RRC, Kiribati, dan Tuvalu. Kaum pendatang ini adalah pekerja kontrak untuk pertambangan fosfat yang menjadi hasil utama dan terbesar Republik Nauru.Fosfat adalah senyawa kimia penting yang terbentuk dari endapan kotoran burung selama ribuan tahun.
Biasanya dimanfatkan untuk pupuk dan kegunaan kimiawi terbatas lainnya. Nauru adalah satu dari sedikit negara pengekspor fosfat terbesar di dunia. Menjadi sumber satu-satunya kekayaan negeri yang merdeka sejak 1968.
Di samping menambang dan mengekspor fosfat, Nauru juga punya perusahaan perkapalan dan penerbangan. Keduanya perusahaan pemerintah dalam bidang transportasi ini melayani jalur pelayaran dan penerbangan di wilayah Pasifik.
Selain itu, negara yang pernah sangat makmur ini juga punya industri lokal perikanan dan pembuatan kano (kapal kecil untuk olahraga). Begitu pun, untuk memenuhi kebutuhan primer dan sekundernya, Nauru senantiasa mengimpor dari negara tetangga terutama Australia. Impor utama itu termasuk otomotif (kendaraan), makanan, perabot, mesin, obat-obatan, sepatu, bahkan air bersih.
Semuanya dibayar dengan dolar Australia sebagai acuan kurs mata uang resmi negara itu.
Di Ambang Kebangkrutan
Kekayaan yang melimpah tak selamanya memberikan jaminan kemakmuran. Mabuk kepayang dalam kemewahan bisa berubah menjadi bencana. Inilah yang terjadi dalam perjalanan negara Republik Nauru.
Nauru pernah dikenal sebagai satu dari negara terkaya di dunia. Dengan karunia kandungan alam yang melimpah dan menjadi sentra tambang fosfat utama dunia. Dalam pasar ekspor dan ekonomi industri, Nauru dijuluki “Negara Fosfat”. Ini karena 70% kandungan tanah di Pulau Nauru terdiri dari endapan kotoran burung yang menjadi fosfat.
Sejak mengelola sendiri industri dan pertambangan fosfatnya, Nauru menjadi negara paling surplus. Selama 40 tahun negara itu berubah menjadi negara mewah dengan pemerintah yang paling royal terhadap rakyat, dan punya standar hidup kaum jet set. Nilai eksport fosfat yang sangat mahal dan bernilai tinggi itu ternyata mengaburkan “kewaspadaan” Nauru sebagai negara dan bangsa.
Dengan segala kemewahan yang didapat dari fosfat, pemerintahnya menjadi kurang kontrol terhadap manajemen keuangannya. Begitu pun rakyatnya terlalu dimanjakan sehingga lambat laun berubah menjadi bangsa yang hidup enak dan “malas”. Di Nauru bahkan tidak ada yang namanya pers dan penyiaran elektronik.
Rata-rata setiap penduduk mempunyai fasilitas perumahan dan barang lux. Walau jalan raya di seluruh pulau itu bisa dikelilingi selama 20 menit saja, namun setiap rumah setidaknya punya dua mobil dan satu di antaranya pasti mobil mewah kelas dunia.
Sangkin royalnya pemerintah, rakyat tak dikenakan pajak, biaya pendidikan dan kesehatan digratiskan, dan kehidupan harian (pangan) disubsidi negara. Bahkan hampir 80% angkatan kerja diberi pekerjaan di instansi pemerintah. Sebagai pegawai negeri mereka tidak terikat jam kerja. Bahkan seorang pengangguran sekalipun bisa menikmati kemewahan, karena disubsidi penuh oleh negara.
Bahkan pemuda Nauru yang ingin meneruskan sekolah di perguruan tinggi akan diberikan beasiswa, akomodasi, dan transportasi memadai untuk menimba ilmu di luar negeri (biasanya ke Australia). Begitu juga dengan pasien yang butuh perawatan khusus.
Semua kemewahan dan kesenangan itu, membuat rakyat menjadi malas bekerja dan menghabiskan waktu untuk menikmati semua kesenangan hidup. Untuk mengelola semua pekerjaan yang membutuhkan pemikiran (manajerial) dan pekerja lapangan (field skill), pemerintah Nauru memakai tenaga ekpatriat (pekerja asing) yang mayoritas dari Australia, RRC, Kiribati dan Tuvalu.
Selama tambang fosfat masih menghasilkan mungkin gaya mewah penduduk Nauru ini tak jadi masalah. Karena tercatat pendapat rata-rata penduduk Nauru jauh melebihi ambang lebih dari cukup pada standar pendapatan penduduk dunia. Namun dalam lima tahun terakhir, negara mulai menyadari bahwa cadangan fosfat mulai habis. Hal itu disadari pada waktu yang sudah sangat terlambat. Di mana telah terjadi penurunan ekspor drastis dari angka 200 juta ton setiap tahunnya mendekati angka puluhan ton dalam tahun-tahun terakhir.
Sebelumnya, Pemerintah Nauru memang sudah melakukan investasi di Australia mencapai angka miliaran dolar AS. Namun karena orang-orang Nauru tak mahir mengelola keuangan, modal investasi itu hanya tersisa sejutaan do-llar saja. Satu-satunya investasi pada bangunan yang masih tetap berdiri di Australia adalah House of Nauru, yaitu bangunan 52 tingkat milik negara Nauru, dan dua gedung lain di kepulauan Pasifik. Anekdot terhadap gedung ini: Seandainya Pulau Nauru tergadai, maka seluruh penduduk akan pindah ke House of Nauru!
Nauru kini berbeda dengan Nauru di masa empat puluhan tahun yang lalu. Negara pulau itu kini sudah di ambang kebangkrutan. Bahkan perusahaan perkapalan dan penerbangannya sudah nyaris tutup. Yang tersisa hanya sedikit kapal kecil dan satu pesawat terbang kenegaraan. Padahal sebelumnya Nauru punya sejumlah armada kapal mewah dan beberapa pesawat terbang komersil. Namun semua aset itu sudah dijual.
Bahkan kekhawatiran akan kemiskinan sudah mendera penduduk dengan pemotongan dan penghapusan subsidi. Sementara produksi tambang fosfat sudah mencapai angka minimal dan hanya meninggalkan lubang menganga di plato pulau Nauru!
Sebuah negara kecil seluas ‘telapak tangan’ di daerah Pasifik Selatan Mikronesia, 500 km dari dari pulau Papua. Ironis, karena negara berarea 21km persegi ini selama 30 tahun pernah tercatat sebagai salah satu negara terkaya di dunia.
Pendapatan perkapitanya pada tahun 1981 mencapai 17.000 dolar, bandingkan dengan Indonesia yang hanya 530 dolar perkapita di tahun yang sama. Dengan pendapatan setinggi itu dan jumlah penduduk yang hanya 13 ribu jiwa (masih lebih banyak penonton liga Indonesia lawan Arab Saudi tempo hari yang mencapai 90.000 jiwa) Nauru menjelma menjadi negara yang sangat kaya. Mereka membangun gedung-gedung tinggi. Membeli mobil-mobil dan pesawat-pesawat komersial mewah. Tak ada orang miskin di sana, apalagi gelandangan. Negara mensubsidi kehidupan seluruh rakyatnya. Lebih dari 80% angkatan kerja diangkat sebagai pegawai negeri. Para pegawai ini tidak terikat jam kerja. Mereka boleh datang dan pergi sesuka hati. Para penganggur pun disubsidi oleh negara. Pendek kata, saking kayanya Nauru, tanpa bekerja pun para penduduk bisa hidup mewah. Rakyat tidak dikenakan pajak. Pendidikan dan kesehatan gratis, pangan disubsidi, yang ingin sekolah ke luar negeri diberi beasiswa. Bahkan saking manjanya, penduduk Nauru enggan jadi pekerja lapangan. Pemerintahnya terpaksa mengimpor tenaga kerja dari Australia, Cina, Kiribati dan Tuvalu.
Negara Phospat
Apa yang membuat Nauru menjadi sebegitu kaya? tak lain karena kotoran burung. Lebih dari 70% tanah Nauru terdiri atas endapan tahi burung Guano yang menumpuk selama ratusan bahkan ribuan tahun lalu. Hal ini dikarenakan dulunya Nauru merupakan tempat bagi koloni besar burung Guano. Kotoran burung ini menjadi phospat, yang berfungsi sebagai pupuk tanaman.
Phospat ditemukan tahun 1899 dan mulai dieksplorasi tahun 1907. Saat itu Nauru masih menjadi bagian dari negara Australia. Setelah diberi kemerdekaan pada 31 Januari 1968, pertambangan phospat dikuasai putra daerah. Diperkirakan, jumlah phospat berkualitas tinggi di seluruh Nauru  41 juta ton. Ini jumlah yang teramat besar. Bandingkan dengan Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau, jumlah seluruh phospatnya diperkirakan hanya 2,5 juta ton. Karena itu wajarlah kiranya negara yang masuk dalam daftar negara terkecil di dunia itu disebut-sebut sebagai negara phospat, dan diincar banyak negara.
Eksplorasi Berlebihan
Kekayaan membuat Nauru terlena. Mereka mengeksplorasi phospat, yang menjadi satu-satunya sandaran hidup negara itu secara besar-besaran, tanpa memikirkan masa depan. Hal ini mengakibatkan dua masalah serius.
Pertama, eksplorasi besar-besaran itu membuat cadangan phospat Nauru menipis. Jumlah ekspornya menurun drastis dari dua juta ton pertahun ke Australia dan Selandia Baru, menjadi hanya 33.000 ton saja tahun 2001. Pendapatan perkapitanya turun dari 17.000 dolar ke angka 3.000 dolar. Tahun 2006 menjadi tahun yang sangat berat bagi Nauru karena pertambangan-pertambangan besar Nauru tutup akibat ketiadaan phospat. Yang masih beroperasi hanyalah pertambangan skala kecil yang tak terlalu bisa diandalkan. Akibatnya sungguh mengerikan. Nauru kini bangkrut.
Hutang mereka mencapai 240 juta dolar, lebih besar dari APBN mereka sendiri. Nauru terpaksa melego propertinya untuk menutupi hutang seperti
gedung pencakar langit Nauru House, Sydney’s Mercure Hotel and Royal Randwick Shopping Center, hotel-hotel Downtowner and Savoy Park Plaza di Melbourne. Meski demikian, hutang tetap belum lunas, masih tersisa 33 juta dolar. Nauru jatuh dalam kubangan kemiskinan. Membayar sewa gedung saja mereka kini tak mampu. Beberapa waktu lalu, 30 orang perwakilan Nauru di Sydney diusir dari gedung kantor mereka karena menunggak sewa. Lapangan terbang mereka pun kini ditutup karena tak punya dana melakukan perawatan. Di tengah kepanikan, pemerintah Nauru mengambil langkah pragmatis, mereka menawarkan Nauru kepada Australia untuk menjadi tempat pengungsian manusia-manusia perahu dengan imbalan 20 juta dolar. Namun, karena masyarakat Nauru terbiasa hidup manja dan malas akibat kemakmuran, mereka tidak tahu bagaimana cara mengurus para pengungsi ini, akibatnya para pengungsi hidup terlantar dalam kondisi menyedihkan.
Kerusakan Lingkungan
Masalah kedua Nauru adalah kerusakan lingkungan. Masalah ini tak kalah seriusnya. Organisasi pecinta lingkungan Greenpeace mencatat, akibat pertambangan yang membabi buta, 90% wilayah Nauru kini tak layak huni (waste-land),dan memerlukan rehabilitasi secara besar-besaran. Nauru menuntut Inggris, Australia dan Selandia Baru untuk membayar ganti rugi atas kerusakan ekologinya, sebab perusahaan-perusahaan tambang yang beroperasi di Nauru berasal dari negara-negara tersebut. Pada penyelesaian sengketa di luar pengadilan, Australia setuju membayar 2,5 juta dolar Australia pertahun selama 20 tahun. Inggris dan Selandia Baru, masing-masing membayar 12 juta dolar. Namun kompensasi ini sungguh tak sebanding dengan kerusakan yang ditimbulkan. Tercatat, selain merusak 90% wilayah Nauru, pertambangan juga menghancurkan 40% kehidupan laut di Zona Ekonomi Ekslusif (Exclusive Economic Zone). Vegetasi hijau dan habitat mamalia musnah. Jenis-jenis hewan di Nauru sangat sedikit, bisa dihitung dengan jari.
Kini, masalah yang lebih gawat menanti di depan mata. Akibat kerusakan lingkungan, lahan yang ada tak bisa ditanami dan cadangan air menghilang.
Mereka terpaksa mengimpor seluruh makanan dan minuman dari Australia.  Sungguh mengkhawatirkan kondisi negara kecil Nauru kini. Wilayah yang dulunya makmur dan subur itu, kini panas dan gersang. Tak ada lagi kehijauan, hanya debu yang menutup pandangan.



BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Caroline adalah wilayah kepulauan yang termasuk dalam wilayah Negara Federasi Mikronesia. Berada di barat Samudera Pasifik atau tepatnya di sebelah utara New Guinea.
Nenek moyang bangsa Mikronesia telah berada di kepulauan Caroline lebih dari 4,000 tahun yang lalu. Kelompok-kelompok yang dipimpin oleh seorang kepala suku secara bertahap bergabung dengan kerajaan yang lebih memiliki sistem ekonomi dan agama yang lebih terpusat di Yap.
Penjelajah Eropa yang pertama datang adalah Portugis yang sedang dalam perjalanan mencari rempah-rempah ke Indonesia dan disusul oleh Spanyol yang mendarat di Kepulauan Carolina pada abad ke-16.
Negara Federasi Negara Mikronesia (NFM) dibentuk pada tahun 1978 melalui hasil referendum masyarakat di 4 (empat) distrik Trust Territory of the Pacific Island (TPPI) yaitu Truk (Chuuk), Yap, Ponape (Pohnpei), dan Kusaie (Kosrae). Berdasarkan konstitusi NFM yang diberlakukan pada tahun 1979, keempat distrik tersebut selanjutnya menjadi negara bagian (states) NFM yang masing-masing dikepalai oleh seorang Gubernur (Governor of States). NFM menjadi merdeka secara penuh, setelah penandatanganan perjanjian hubungan tidak mengikat dengan AS pada tahun 1986, dan berlaku sepenuhnya pada bulan Juni 2004.

3.2 Kritik dan Saran
Penulisan makalah yang mengenai bagian-bgian negara di Kepulauan Pasifik ini masih jauh dari sempurna. Kami dari kelompok 2 mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar pada penyusunan berikutnya semakin baik. Semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Daftar pustaka
http://WWW. /Fenomena  Negara “Super Kecil” Itu Bernama Nauru « Koran Nias.htm
http:/// WWW. Kepulauan Pasifik _ SAYAP BARAT.htm
http:/// WWW. Scribd.com /kepulauan-marshall.htm
http:/// www. Republic of Kiribati – Micronesia _ BALTYRA.htm



0 komentar on "Sejarah Autralian dan Oceania, Mikronesia; Kepulauan Caroline, Nauru, Marshall dan Kiribati"

Posting Komentar

 

Little World Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea