Kata
Pengantar
Puji syukur kami
haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan perkenan-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah tugas Sejarah Islam mengenai Islam di Negara
Turki ini untuk menjadi bahasan
pelajaran bersama bagi semua orang, khususnya mahasiswa Sejarah Universitas
Sriwijaya Tahun Akademik 2011/2012.
Lanjut yakk...
Lanjut yakk...
Makalah
ini disusun untuk menberikan pedoman dan bahan dalam diskusi yang dilakukan
mahasiswa. Juga sebagai bahan referensi untuk materi serupa yang sedang
dipelajari.
Penyajian
makalah ini disampaikan dalam tampilan yang ringkas dan mudah dipahami dengan
pokok-pokok permasalahan yang jelas.
Kami
berharap makalah ini dapat memberikan bantuan yang berarti dapat proses belajar
saudara-saudara sekalian. Kami juga menyadari makalah ini banyak sekali
kekurangannya. Oleh karena itu kami memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Inderalaya,
April 2012
Penyusun
Daftar Isi
1.
Kata
Pengantar…………………………………………………………………………….1
2.
Daftar
Isi………………………….……………………………………………………….2
3.
BAB I………………………………………………………………………….…...……..3
PENDAHULUAN…………………………………………………………………….….3
1)
Latar
Belakang……………………………………………...…………………..…3
2)
Rumusan
Masalah……………………………………………………....................3
4.
BAB II………………………………………………………………………………….….4
PEMBAHASAN………………………………………………………………………......4
PERKEMBANGAN ISLAM DI TURKI…………………………………………………4
1)
TURKI PADA AWAL ISLAM……………………………………………………….4
A.
Proses Masuknya Islam ke Turki…………………………………………………4
B.
Perkembangan
dan Pemerintahan Islam di Turki…………………………………5
a.
Latar
Belakang Pendirian Turki Utsmani…………………………………5
b.
Pertumbuhan
Kerajaan Turki Utsmani……….………………………...…6
c.
Kemunduran
Kerajaan Turki Utsmani…………………………….…..…11
2)
TUKRI PASCA PEMBARUAN…………………………………………………….12
A.
PEMBARUAN DI TUKRI……………………………………………………...12
B. SULTAN
MAHMUD II…………………………………………………………13
C. TANZIMAT………………………………………………………………..……15
D.
USMANI
MUDA………………………………………………………….……16
E. TURKI MUDA…………………………………………………………….……17
3) ISLAM
di MASA SEKARANG…………………………………….......................17
5.
BAB III…………………………………………………………………………….……20
PENUTUP………………………………………………………………………….……20
KESIMPULAN…………………………………………………………..........................20
6.
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………....21
BAB
I
PENDAHULUAN
1)
Latar Belakang
Pada
abad pertengahan Dunia Barat telah maju, ditandai dengan beberapa kemajuan dan
penemuan teknologi modern. Islam sudah masuk ke daerah Turki mulai abad
Hijriyah dan Islam berkembang dengan pesat , bangsa Turki mencapai puncak
kemegahan dari tahun 1520-1566 kemudian mendapat gelar orang sakit (The Sick
Men) karena bangsa Turki akhirnya juga lumpuh pada abad ke-19.
Pembaharuan
di Turki ini, meliputi empat fase pembaharuan yang dimulai oleh Sultan Mahmud
II, yang mengubah madrasah tradisional tanpa pengetahuan umum menjadi madrasah
yang berpengetahuan umum. Tanzimat yaitu usaha untuk mengatur dan memperbaiki
struktur organisasi pemerintahan sementara Usmani Muda dan Turki Muda ingin
mengubah sistem pemerintahan konstitusional bukan dengan kekuasaan absolut.
2) Rumusan
Masalah
A.
Bagaimana
kondisi Islam di Turki pada awal masuknya Islam ke Tanah Turki?
B.
Bagaimana
peran atau tokoh-tokoh Islam pada masa Turki Ustmani untuk perkembangan Islam
itu sendiri?
C. Pengaruh Islam
apa saja yang ada di Turki?
D. Pembaruan-pembaruan
apa saja yang dilakukan pemimpin-pemimpin Turki untuk membangkinkan kembali
Turki yang pernah jatuh pada abad ke-19?
E.
Bagaimanakah
perkembangan Islam di Turki dari masa ke masa setelah sering mengalami tokoh
yang memerintah?
BAB
II
PEMBAHASAN
PERKEMBANGAN
ISLAM DI TURKI
1)TURKI PADA AWAL ISLAM
A. Proses
Masuknya Islam ke Turki
Istambul
adalah ibukota kerajaan Turki Usmani. Kota ini sebelumnya merupakan ibukota
kerajaan Romawi Timur yang bernama Konstantinopel. Sultan Turki Usmani berhasil
menaklukkannya tahun 1453 dan menjadikannya sebagai ibukota kerajaan yang baru.
Sebenarnya,
jauh sebelum Turki Usmani dibawah Sultan Muhammad Al-Fatih berhasil menaklukkan
Konstantinopel, para pemimpin Islam sudah sejak zaman Khulafaur Rasyidin,
kemudian khalifah Bani Umayyah dan Khalifah Bani Abbas berusaha ke arah itu.
Namun, baru pada masa kerajaan Turki Usmani usaha itu berhasil.
Setelah
Muhammad Al-Fatih menjadikan Istambul sebagai ibukota kerajaan Turki Usmani, ia
melakukan penataan hal-ihwal orang-orang Kristen Yunani (Romawi). Dalam
penataan tersebut ia tetap memberikan kebebasan kepada pihak gereja, seperti
yang dilakukan para pendahulunya dan mengikuti agama lain sesuai dengan ajaran
agama Islam yang menghormati keyakinan suatu agama. Berkenaan dengan kekuasaan
keagamaan orang Kristen Yunani, ia bahkan menyerahkan pelaksanaannya kepada
penguasa keagamaan mereka. Hal yang sama juga berlaku bagi penganut agama
Yahudi. Setiap agama mempunyai komunitasnya sendiri yang disebut dengan millet.
Sultan memberi kebebasan kepada penganut agama Kristen, misalnya, untuk
memilih dan menentukan patriarch. Bilamana seorang patriarch sudah
terpilih, ia kemudian melantiknya dan memberikan tongkat serta memasukkan
cincin kepatriachan kepada patriarch terpilih itu. Itu
tidak pernah terjadi pada masa raja-raja Kristen sendiri sebelumnya. Penduduk
Istambul memang heterogen dalam bidang agama. Menurut sensus tahun 1477,
penduduk Istambul berdasarkan agama adalah sebagai berikut : Muslim 8951 rumah
tangga (60%), penganut Kristen Ortodoks (Yunani) 3151 rumah tangga (21,5 %), Yahudi
1647 rumah tangga (11%), dan lain-lain 1054 rumah tangga (7,5%).
Sebagaimana
halnya dengan Konstantinopel pada masa kerajaan Romawi Timur, kerajaan Turki
Usmani dengan ibukota Istambul itu, juga menjadi sebuah Negara adi daya pada
masa jayanya. Wilayah kekuasaannya meliputi sebagian besar Eropa Timur, Timur
Tengah, dan Afrika Utara. Bahkan, Negara-negara Islam di daerah yang lebih jauh
juga mengakui kekuasaannya. Sebagai sebuah kerajaan Islam terbesar pada waktu
itu, maka raja-rajanya juga memakai gelar khalifah. Istana khalifah terletak di
kota ini.
Sejak
pertama kali mereka masuk Islam, bangsa Arab sudah menjadi guru mereka dalam
bidang agama, ilmu, prinsip-prinsip kemasyarakatan, dan hukum. Huruf Arab
dijadikan huruf resmi kerajaan. Kekuasaan tertinggi memang berada di tangan
Sultan, tetapi roda pemerintahan dijalankan oleh Shadr Al-a’zam (Perdana
Menteri) yang berkedudukan di ibu kota. Jabatan-jabatan penting, termasuk
perdana menteri, seringkali justru diserahkan kepada orang-orang asal Eropa
dengan syarat menyatakan diri secara formal masuk Islam.
Dalam
bidang arsitektur, masjid-masjid yang dibangun disana membuktikan kemajuannya.
Masjid memang merupakan suatu ciri dari sebuah kota Islam, tempat kaum muslimin
mendapat fasilitas lengkap untuk menjalankan kewajiban agamanya. Gereja Aya
Sophia, setelah penaklukan diubah menjadi sebuah mesjid agung yang terpenting
di Istambul. Gambar-gambar makhluk hidup yang ada sebelumnya ditutup, mihrab
didirikan, dindingnya dihiasi dengan kaligrafi yang indah, dan menara-menara
dibangun. Masjid-masjid penting lainnya adalah Masjid Agung Al-Muhammadi atau
Masjid Agung Sultan Muhammad Al-Fatih, Masjid Abu Ayyub Al-Anshari (tempat
pelantikan para sultan Usmani), Masjid Bayazid dengan gaya Persia, dan Masjid
Sulaiman Al-Qanuni.
Disamping
masjid, para sultan juga membangun istana-istana dan villa-villa yang megah,
sekolah, asrama, rumah sakit, panti asuhan, penginapan, pemandian umum,
pusat-pusat tarekat, dan sebagainya. Rumah-rumah dan villa mewah juga dimiliki
oleh pedagang-pedagang kaya, istana dan villa biasanya dilengkapi dengan taman
dan tembok di sekelilingnya. Jalan-jalan yang menghubungkan antara satu daerah
dengan daerah lain, terutama dengan ibukota yang dibangun.
B. Perkembangan
dan Pemerintahan Islam di Turki
Perkembangan
dan pemerintahan Islam di Turki sebenarnya tidak lepas dari peranan kerajaan
turki Usmani yang berada dibawah dinasti Utsmaniyyah atau pemerintahan Utsman.
Oleh karena itu pada bab ini akan membahas seluk beluk kerajaan turki Usmani
yang termasuk pada tiga kerajaan besar Islam serta perkembangannya. Adapaun
pemaparannya sebagai berikut :
a. Latar
Belakang Pendirian Turki Utsmani
Pendiri
kerajaan ini adalah bangsa Turki dari kabilah Qayigh Ughuz yang mendiami daerah
Mongol dan daerah utara negeri Cina (Tiongkok) yang dipimpin oleh Sulaiman
Syah. Mereka meninggalkan tanah tempat kediaman mereka yang asal, berpindah ke
Turkistan. Dari Turkistan mereka berpindah-pindah seperti ke Persia dan Irak.
Kepindahan mereka disebabkan serangan bangsa Mongol yang telah lama berkuasa di
Asia tengah dan Asia Barat di bawah pimpinan rajanya yang masyhur bernama
Jengis Khan.
Bangsa
Turki berlarut-larut mengembara hingga mereka ke tepi sungai efrat. Ketika
menyebrangi sungai Efrat, pemimpin mereka bernama Sulaiman hanyut terbawa deras
air sungai Efrat hingga meninggal dunia disebabkan karena banjir banding (1228
M).
Kecelakaan
di sungai Efrat membuat suku Qayigh Ughuz yang dipimpin oleh Sulaiman Syah
terpecah menjadi dua. Sebagian kembali ke daerah asalnya dan sebagian lagi
melanjutkan perjalanan. Kelompok yang melanjutkan perjalanan di pimpin oleh
anaknya Sulaiman Syah yaitu Erthogrol hingga mereka pun sampai di Asia Kecil.
Dalam perjalanannya di dekat Negara Angora, mereka menjumpai dua pasukan
tentara yang sedang berperang. Dua pasukan yang sedang berperang itu adalah
bangsa Mongol dan Turki Saljuk. Rombongan di bawah pimpinan Erthogrol tersebut
turut berperang membantu pasukan yang lemah, yaitu Turki Saljuk. Pimpinan Turki
Saljuk waktu itu bernama Alaudin Sultan Bani Saljuk. Berkat bantuan itu, Turki
Saljuk dapat memenangkan peperangan melawan tentara bangsa Mongol.
Setelah
Bani Saljuk memperoleh kemenangan, lalu Alaudin memberikan hadiah sebagai balas
jasa kepada pasukan atau rombongan Erthogrol. Hadiah yang diberikan oleh
Alaudin adalah suatu daerah di bagian Iskisyhar, dibatas kerajaan Byzantium
dekat Brussa. Di daerah itulah bermula tumbuh suburnya kerajaan Turki Usmani.
b. Pertumbuhan
Kerajaan Turki Utsmani
1. Perluasan
Wilayah
Erthogrol
adalah pemimpin Turki Usmani yang telah mendapat suatu daerah di bagian
Iskisyhar. Daerah ini mereka jadikan ibukota kerajaan untuk mengembangkan
perjuangan umat Islam, khususnya di Turki Usmani.
Setelah
Erthogrol meninggal dunia pada tahun 1289 M, kepemimpinan dilanjutkan oleh
puteranya bernama Usman. Putra Erthogrol inilah yang dianggap sebagai pendiri
kerajaan Usmani. Usman memerintah antara tahun 1290 M-1326 M. Sebagaimana
ayahnya, ia banyak berjasa kepada Sultan Alaudin II dengan keberhasilannya
menduduki benteng-benteng Bizantium yang berdekatan dengan kota Broessa.
Pada
tahun 1300 M, bangsa Mongol menyerang kerajaan Saljuk sehingga Alauddin
terbunuh. Kerajaan Saljuk ini kemudian terpecah-pecah dalam beberapa kerajaan
kecil. Usman pun menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah yang
didudukinya. Sejak itulah kerajaan Usman dinyatakan berdiri. Pengurus
pertamanya adalah Usman yang sering juga disebut Usman I
Setelah
Usman I menyatakan dirinya sebagai Padisyah Al Usman (Raja besar
keluarga Usman) tahun 699 H (1300 M) setapak demi setapak wilayah kerajaan
dapat diperluasnya. Ia menyerang daerah perbatasan Bizantium dan menaklukkan
kota Broessa tahun 1317 M, kemudian pada tahun 1326 M dijadikan sebagai kota
kerajaan.
2. Kemajuan
yang dicapai pada Masa Turki Usmani di Bidang Agama
Agama
dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar dalam lapangan sosial
dan politik. Karena itu, ulama
mempunyai tempat tersendiri dan berperan besar dalam kerajaan dan masyarakat. Dalam
kajian-kajian keagamaan seperti fikih, ilmu kalam, tafsir dan hadits bisa
dikatakan tidak mengalami perkembangan yang berarti. Para penguasa lebih
cenderung untuk menegakkan satu paham ( Madzhab) keagamaan dan menekan madzhab
lainnya, seperti yang dilakukan Sultan Abdil al-Hamid II, ia begitu
fanatik terhadap aliran Asy'ariyah. Untuk itu ia memerintah Syekh Husein
al-Jisri menulis kitab Al-Husnu al-Hamidiyyah untuk melestarikan aliran yang
dianutnya. Akibat lainnya adalah ijtihad tidak berkembang. Ulama hanya suka
menulis dalam bentuk sarah (penjelasan) terhadap karya-karya klasik.
3. Masa
Kesultanan
a. Sultan
Ustman bin Urtoghal (699-726 H/ 1294-1326 M)
Pada
tahun 699 H usman melakukan perlusan kekuasaannya sampai ke Romawi Bizantium
setelah ia mengalahkan Alauddin Saljuk. Usman diberi gelar sebagai Padisyah
Al-Usman (Raja besar keluarga usman), gelar inilah yang dijuliki sebagi Daulah
Usmaniyyah. Usman berusaha memperkuat tentara dan memajukan negrinya. kepada
raja-raja kecil dibuat suatu peraturan untuk memilih salah satu dari tiga hal,
yaitu:
1) Masuk Islam
2) Membayar
Jizyah; atau
3) Berperang
Penerapan sistem
ini membawa hasil yang menggembirakan, yaitu banyak raja-raja kecil yang tunduk
kepada Usman.
b. Sultan
Urkhan bin Utsman (726-761 H/ 1326-1359 M)
Sultan
Urkhan adalah putera Utsman I. sebelum urkhan ditetapkan menjadi raja, ia telah
banyak membantu perjuangan ayahnya. Dia telah menjadikan Brousse sebagai ibu
kota kerajaannya.
Pada
masa pemerintahannya, dia berhsil mengalahkan dan menguasai sejumlah kota di
selat Dardanil. Tentara baru yang dibentuk oleh Urkhan I diberi nama Inkisyaiah.
Pasukan ini dilengkapi dengan persenjataan dan pakaian seragam. Di zaman inilah
pertama kali dipergunakan senjata meriam.
c. Sultan Murad
I bin Urkhan (761-791 H/ 1359-1389 M)
Pengganti
sultan Urkhan adalah Sultan Murad I. selain memantapkan keamanan di dalam
negrinya, sultan juga meneruskan perjuangan dan menaklukkan bebrapa daerah ke
benua Eropa. Ia menaklukkan Adrianopel, yang kemudian dijadikan sebagai ibukota
kerajaan yang baru serta membentuk pasukan berkuda (Kaveleri). Perjuangannya
terus dilanjutkan dengan menaklukkan Macedonia, Shopia ibukota Bulgaria, dan
seluruh wilayah bagian utara Yunani.
Karena
banyaknya kota-kota yang ditaklukkan oleh Murad I, pada waktu itu bangsa Eropa
mulai cemas. Akhirnya raja-raja Kristen Balkan meminta bantuan Paus Urban II
untuk mengusir kaum muslimin dari daratan Eropa. Maka peperangan antara pasukan
Islam dan Kristen Eropa pada tahun 765 H (1362 M). Peperangan itu dimenangkan
oleh pasukan Murad I, sehingga Balkan jatuh ke tangan umat Islam. Selanjutnya
pasukan Murad I merayap terus menguasai Eropa Timur seperti Somakov, Sopia
Monatsir, dan Saloniki.
d. Sultan
Bayazid I bin Murad ( 791-805 H/ 1389-1403 M)
Bayazid
adalah putra Murad I. Ia meneruskan perjuangan ayahnya dengan memperluas
wilayahnya seperti Eiden, Sharukan, dan Mutasya di Asia Kecil dan Negri-negri
bekas kekuasaan Bani saluki. Bayazid sangat besar pengaruhnya, sehingga
mencemaskan Paus. Kemudian Paus Bonifacius mengadakan penyerangan terhadap
pasukan Bayazid, dan peperangan inilah yang merupakan cikal bakal terjadinya Perang
Salib.
Tentara
Salib ketika itu terdiri dari berbagai bangsa, namun dapat dilumpuhkan oleh
pasukan Bayazid. Namun pada peperangan berikutnya ketika melawan Timur Lenk di
Ankara, Bayazid dapat ditaklukkan, sehingga mengalami kekalahan dan ketika itu
Bayazid bersama putranya Musa tertawan dan wafat dalam tahanan Timur Lenk pada
tahun 1403 M.
Kekalahan
Bayazid di Ankara itu membawa akibat buruk bagi Turki Usmani, sehingga
penguasa-penguasa Saljuk di Asia Kecil satu persatu melepaskan diri dari
genggaman Turki Usmani. Hal ini berlangsung sampai pengganti Bayazid muncul.
e. Sultan
Muhammad I bin Bayazid (816-824 H/ 1403-1421 M)
Kekalahan Bayazid membawa akibat buruk
terhadap penguasa-penguasa Islam yang semula berada di bawah kekuasaan Turki
Usmani, sebab satu sama lain berebutan, seperti wilayah Serbia, dan Bulgeria
melepaskan diri dari Turki Usmani. Suasana buruk ini baru berakhir setelah
Sultan Muhammad I putra Bayazid dapat mengatasinya. Sultan Muhammad I berusaha
keras menyatukan kembali negaranya yang telah bercerai berai itu kepada keadaan
semula.
Berkat
usahanya yang tidak mengenal lelah, Sultan Muhammad I dapat mengangkat citra
Turki Usmani sehingga dapat bangkit kembali, yaitu dengan menyusun
pemerintahan, memperkuat tentara dan memperbaiki kehidupan masyarakat. Akan
tetapi saat rakyat sedang m,engharapkan kepemimpinannya yang penuh kebijaksaan
itu, pada tahun 824 H (1421 M) Sultan Muhammad I meninggal.
f. Sultan Murad
II bin Muhammad ( 824-855 H/ 1421-1451 M)
Cita-citanya
adalah melanjutkan usaha perjuangan Muhammad I. Perjuangan yang dilaksanakannya
adalah untuk menguasai kembali daerah-daerah yang terlepas dari kerajaan Turki
Usmani sebelumnya. Daerah pertama yang dikuasainya adalah Asia Kecil, Salonika
Albania, Falokh, dan Hongaria.
Setelah
bertambahnya beberapa daerah yang dapat dikuasai tentara Islam, Paus Egenius VI
kembali menyerukan Perang Salib. Tentara Sultan Murad II menderita kekalahan
dalam perang salib itu. Akan tetapi dengan bantuan putranya yang bernama
Muhammad, perjuangan Murad II dapat dilanjutkan kenbali yang pada akhirnya
Murad II kembali berjaya dan keadaan menjadi normal kembali sampai akhir
kekuasaan diserahkan kepada putranya bernama Sultan Muhammad Al-Fatih.
g. Sultan
Muhammad Al-Fatih (855-886 H/ 1451-1481 M)
Setelah
Sultan Murad II meninggal dunia, pemerintahan kerajaan Turki Usmani dipimpin
oleh putranya Muhammad II atau Muhammad Al-Fatih. Ia diberi gelar Al-fatih
karena dapat menaklukkan Konstantinopel. Muhammad Al-Fatih berusaha membangkitkan
kembali sejarah umat Islam sampai dapat menaklukkan Konstantinopel sebagai
ibukota Bizantium. Konstantinopel adalah kota yang sangat penting dan belum
pernah dikuasai raja-raja Islam sebelumnya.
Seperti
halnya raja-raja dinasti Turki Usmani sebelumnya, Muhammad Al-Fatih dianggap
sebagi pembuka pintu bagi perubahan dan perkembangan Islam yang dipimpin
Muhammad.Tiga alasan Muhammad menaklukkan Konstantinopel, yaitu:
a.
Dorongan iman kepada Allah SWT, dan semangat
perjuangan berdasarkan hadits Nabi Muhammad saw untuk menyebarkan ajaran Islam.
b.
Kota Konstantinopel sebagai pusat kemegahan
bangsa Romawi.
c. Negrinya
sangat indah dan letaknya strategis untuk dijadikan pusat kerajaan atau
perjuangan.
Usaha
mula-mula umat Islam untuk menguasai kota Konstantinopel dengan cara mendirikan
benteng besar dipinggir Bosporus yang berhadapan dengan benteng yang didirikan
Bayazid. Benteng Bosporus ini dikenal dengan nama Rumli Haisar (Benteng
Rum).
Benteng yang
didirikan umat Islam pada zaman Muhammad Al-Fatih itu dijadikan sebagai pusat
persediaan perang untuk menyerang kota Konstantinopel. Setelah segala
sesuatunya dianggap cukup, dilakukan pengepungan selama 9 bulan. Akhirnya kota
Konstantinopel jatuh ke tangan umat Islam ( 29 Mei 1453 M) dan Kaitsar
Bizantium tewas bersama tentara Romawi Timur. Setelah memasuki Konstantinopel
disana terdapat sebuah gereja Aya Sofia yang kemudian dijadikan mesjid bagi
umat Islam.
Setelah
kota Konstantinopel dapat ditaklukkan, akhirnya kota itupun dijadikan sebagai
ibukota kerajaan Turki Usmani dan namanya diganti menjadi Istanbul. Jatuhnya
kota Konstantinopel ke tangan umat Islam, berturut-turut pula dapat dikuasai
negri sekitarnya seperti Servia, Athena, Mora, Bosnia, dan Italia. Setelah
pemerintahan Sultan Muhammad, berturut-turut kerajaan Islam dipimpin oleh
beberapa Sultan, yaitu:
(1). Sultan
Bayazid II (1481-1512 M) (2). Sultan Salim I (918-926 H/ 1512-1520 M) (3).
Sultan Sulaiman (926-974 H/ 1520-1566 M) (4). Sultan Salim II (974-1171 H/
1566-1573 M) (5). Sultan Murad III ( 1573-1596 M)
Setelah
pemerintahan Sultan Murad III, dilanjutkan oleh 20 orang Sultan Turki Usmani
sampai berdirinya Republik Islam Turki. Akan tetapi kekuasaan sultan-sultan
tersebut tidak sebesar kerajaan-kerajaan sultan-sultan sebelumnya. Para sultan
itu lebih suka bersenang-senang., sehingga melupakan kepentingan perjuangan
umat Islam. Akibatnya, dinasti turki Usmani dapat diserang oleh tentara Eropa,
seperti Inggris, Perancis, dan Rusia. Sehingga kekuasaan Turki Usmani semakin
lemah dan berkurang karena beberapa negri kekuasaannya memisahkan
diri,diantaranya adalah:
1.
Rumania
melepaskan diri dari Turki Usmani pada bulan Maret 1877 M.
2. Inggris
diizinkan menduduki Siprus bulan April 1878 M.
3. Bezarabia,
Karus, Ardhan, dan Bathum dikuasai Rusia.
4. Katur
kemudian menjadi daerah kekuasaan Persia.
c. Kemunduran
Kerajaan Turki Utsmani
Kemunduran
dan kehancuran kerajaan Turki Usmani berawal sejak wafatnya Sultan Sulaiman
Al-Qanuni (1566 M). Sementara pengganti-penggantinya seperti Salim II
(1566-1573 M), Sultan Murad III (1574-1595 M), Sultan Muhammad III (1595-1603
M), Sultan Ahmad I (1603-1617 M), Mustafa I (1617-1618 M), dan seterusnya
ternyata kurang mampu mempertahankan kejayaan yang pernah dicapai kerajaan
Turki Usmani pada masa-masa sebelumnya.
Faktor yang menyebabkan
kemunduran kerajaan Turki Usmani adalah sebagai berikut :
1. Karena
amat luasnya kekuasaan Turki Usmani, administrasi pemerintahannya amat rumit
dan komplek. Sementara dilain pihak memang pengaturannya tidak ditunjang dengan
sumber daya yang berkualitas, malahan keinginannya terus memperluas daerahnya
dengan peperangan terus menerus sehingga banyak mengorbankan tenaga dan waktu
bukan dipakai untuk membangun negara.
2. Beragamnya
penduduk, baik ditinjau dari suku, budaya, bahkan perbedaan agama menyebabkan
pengaturannya pun beragam pula.
3. Karena
lemahnya para penguasa sepeninggal Sulaiman Al-Qanuni akibat dari kepemimpinan
para sultan yang lemah sehingga membuat Negara hancur dan melemah.
4. Maraknya
budaya 'pungli' dikalangan para pejabat yang ingin naik jabatan-jabatan
penting, sehingga pudarlah moral para penguasa Turki.
5. Akibat
pemberontakan tentara Jenissari yang semula pendukung kekuatan Turki Usmani,
sekarang menjadi terbalik menyerang Turki Usmani.
6. Merosotnya
perekonomian karena banyaknya peperangan.
7.
Akibat
terhentinya kegiatan ilmu pengetahuan.
2)TUKRI PASCA PEMBARUAN
A.
PEMBARUAN DI TUKRI
Tahun 1037 Turki dapat menguasai kekhalifahan
Abassiyah, akan tetapi akhirnya lumpuh oleh bangsa Mongol, kecuali bangsa Turki
yang dipimpin oleh Ertughril yang selanjutnya menjelma menjadi Turki Usmani
yang puncak kemegahannya dari tahun 1520-1566 dibawah pemerintahan Sulaiman I,
namun akhirnya juga lumpuh pada abad ke-19 dan mendapat sebutan orang sakit
(The Sick Men).
Meskipun Turki mendapat gelar (sebutan) The Sick
Men, tetapi sebenarnya berkat ketekunan para penbaharu dan para tokoh-tokoh
negara itu dapatlah bangkit kembali dengan mengadakan beberapa fase modernisasi
:
a. Usaha Rasyid Pasya (1839), yaitu sentralisasi
pemerintahan dan modernisasi angkatan bersenjata.
b. Usaha dari Fuad,
Namik, Ali Pasya dan Midat Pasya (1861-1876) terutama bidang pendidikan, Bank
Nasional, hukum dan Perundang-undangan.
c.
Usaha Turki Muda (1896-1918) yang berusaha dan bertujuan :
1. Reorganisasi negara secara modern
2. Nasionalisme Turki
3. Kesatuan bangsa, negara dan bahasa.
d. Usaha Kemal Pasya :
1. Reorganisasi negara secara modern
2. Nasionalisme Turki
3. Kesatuan bangsa, negara dan bahasa.
d. Usaha Kemal Pasya :
1. Ke dalam ialah
menetapkan Undang-Undang Dasar (1942) pelajaran membaca dan menulis latin,
keharusan nama keluarga, perkawinan, emansipasi wanita dan rencana industri
besar-besaran.
2. Ke luar, ialah
perjanjian nonagressi dengan Irak, Iran, Afghanistan, dan lain-lain dalam
perdamaian.[2]
B.
SULTAN MAHMUD II
Sultan-sultan sebelumnya menganggap diri
mereka tinggi dan tidak pantas bergaul dengan rakyat. Oleh karena itu, mereka
selalu mengasingkan diri dan meyerakan soal mengurus rakyat kepada
bawahan-bawahan. Timbullah anggapan mereka bukan manusia biasa dan
pembesar-pembesar Negara pun tidak berani duduk ketika menghadap Sultan. Tradisi
aristokrasi ini dilanggar oleh Mahmud II. Ia mengambil sikap demokratis dan
selalu muncul di muka umum untuk berbicara atau menggunting pita pada
upacara-upacara resmi.
Sultan
Mahmud II juga mengadakan perubahan dalam organisasi pemerintahan Kerajaan
Usmani. Menurut tradisi Kerajaan Usmani dikepalai oleh seorang Sultan yang
mempunyai kekuasaan duniawi dan kekuasaan rohani. Sebagai penguasa duniawi ia
memakai titel Sultan dan sebagai kepala rohani umat Islam ia memakai gelar
Khalifah. Dengan demikian, raja Usmani mempunyai dua bentuk kekuasaan, kekuasaan
memerintah Negara dan kekuasaan menyiarkan dan membela Islam.
Perubahan penting yang diadakan oleh Sultan
Mahmud II dan yang kemudian mempunyai pengaruh besar pada perkembangan
pembaharuan di Kerajaan Usmani ialah perubahan dalam bidang pendidikan. Seperti
halnya di Dunia Islam lain di zaman itu, Madrasah merupakan satu-satunya
lembaga pendidikan umum yang ada di Kerajaan Usmani. Di Madrasah hanya
diajarkan agama sedangkan pengetahuan umum tidak diajarkan. Sultan Mahmud II
sadar bahwa pendidikan Madrasah tradisional tidak sesuai lagi dengan tuntutan
zaman abad ke-19.
Selain
itu, Sultan Mahmud II juga mendirikan Sekolah Militer, Sekolah Teknik, Sekolah
Kedokteran dan Sekolah Pembedahan. Lulusan Madrasah banyak meneruskan pelajaran
di sekolah-sekolah yang baru didirikannya. Selain dari mendirikan Sekolah
Sultan Mahmud II juga mengirim siswa-siswa ke Eropa yang setelah kembali ke
tanah air juga mempunyai pengaruh dalam penyebaran ide-ide baru di Kerajaan
Usmani.
Pembaharuanyang
diadakan Sultan Mahmud II diataslah yang menjadi dasar bagi pemikiran dan usaha
pembaharuan selanjutnya di Kerajaan Usmani abad ke-19 dan Turki abad ke-20.
C.
TANZIMAT
Pembaharuan
diadakan pada masa tanzimat merupakan sebagai lanjutan dari usaha-usaha yang
dijalankan oleh Sultan Mahmud II yang banyak mengadakan pembaharuan peraturan
dan perundang-undangan. Secara terminologi tanzimat adalah suatu usaha
pembaharuan yang mengatur dan menyusu serta memperbaiki struktur organisasi
pemerintahan, sosial, ekonomi dan kebudayaan, antara tahun 1839-1871 M.
Tokoh-tokoh
penting tanzimat antara lain : Mustafa Rasyid Pasya, Mustafa Sami, Mehmed Sadek
Rif’at Pasya dan Ali Pasya seperti yang dijelaskan berikut ini :
a.
MUSTAFA
RASYID PASYA (1880-1858)
Usaha
pembaharuannya yang terpenting ialah sentralisasi pemerintahan dan modernisasi
angkatan bersenjata pada tahun 1839.
b.
MUSTAFA
SAMI PASYA (WAFAT 1855)
Menurut
pendapat Mustafa Sami Pasya, kemajuan bangsa Eropa terletak pada keunggulan
mereka dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebab lain dilihatnya karena
toleransi beragama dan kemampuan orang Eropa melepaskan diri dari ikatan-ikatan
agama, disamping itu pula pendidikan universal bagi pria dan wanita sehingga
umumnya orang Eropa pandai membaca dan menulis.
c.
MEHMED
SADIK RIF’AT PASYA
Pokok-pokok
pemikiran dan pembaharuannya ialah Sultan dan pembesar-pembesar negara harus
tunduk pada undang-undang dan peraturan-peraturan lainnya. Negara harus tunduk
pada hukum(negara hukum), kodifikasi hukum, administrasi, pengaturan hak dan
kewajiban rakyat, reorganisasi, angkatan bersenjata, pendidikan dan
keterampilan serta dibangunnya Bank Islam Usmani pada tahun 1840.
Ide-ide
yang dicetuskan Sadik Rif’at pada zaman itu merupakan hal baru karena orang
tidak mengenal peraturan, hukum, hak dan kebebasan. Pada waktu itu petani lebih
banyak menjadi budak bagi tuan tanah dan rakyat budak bagi Sultan. Pemikiran ini
sejalan dengan pemikiran Mustafa Rasyid Pasya yang pada waktu itu mempunyai
kedudukan sebagai Menteri Luar Negeri.
d. ALI PASYA (1815-1871)
Usaha
pembaharuannya antara lain : tentang pengakuan semua aliran spiritual pada masa
itu, jaminan melaksanakan ibadahnya masing-masing, larangan memfitnah karena
agama, suku dan bahasa, jaminan kesempatan belajar, sistem peradilan dan
lain-lainnya.
Pembaharuan
yang dilaksanakan oleh tokoh-tokoh pembaharuan di zaman tanzimat tidaklah
seluruhnya mendapat dukungan bahkan mendapat kritikan baik dari dalam atau di
luar Kerajaan Usmani karena gerakan-gerakan tanzimat untuk mewujudkan
pembaharuan didasari oleh pemikiran liberalisme Barat dan meninggalkan pola
dasar syariat agama, hal ini salah satu sebab yang utama sehingga gerakan
tannzimat mengalami kegagalan dalam usaha pembaharuannya.
D.
USMANI
MUDA
Sebagaimana
dikatakan bahwa pembaharuan yang diusahakan dalam tanzimat belumlah mendapat hasil
sebagaimana yang diharapkan. Kegagalan oleh tanzimat dalam mengganti konstitusi
yang absolut merupakan cambuk untuk usaha-usaha selanjutnya. Untuk mengubah
kekuasaan yang absolut maka timbullah usaha atau gerakan dari kaum cendikiawan
melanjutkan usaha-usaha tanzimat. Gerakan ini dikenal dengan Young Ottoman-Yeni
Usmanilar (Gerakan Usmani Muda) yang didirikan pada tahun 1865.
Beberapa
tokoh dari gerakan itu membawa angin baru tentang demokrasi dan konstitusional
pemerintahan yang menjunjung tinggi kekuasaan rakyat bukan kekuasaan absolut.
Diantara tokoh itu ialah : Zia Pasya, Nanik Kemal, dan Midhat Pasya.
a.
ZIA
PASYA
Usaha-usaha
pembaharuannya antara lain, kerajaan Usmani menurut pendapatnya harus dengan
sistem pemerintahan konstitusional, tidak dengan kekuasaan absolut. Menurutnya
negara Eropa maju disebabkan tidak terdapat lagi pemerintahan yang absolut,
semuanya dengan sistem pemerintahan konstitusional. Dalam sistem pemerintahan
konstitusional harus ada Dewan Perwakilan Rakyat. Kemudian Zia mengemukakan
hadis ”Perbedaan pendapat dikalangan umatku merupakan rahmat dari Tuhan”,
sebagai alasan untuk perlu adanya Dewan Perwakilan Rakyat, dimana perbedaan
pendapat itu ditampung dan kritik terhadap pemerintah dikemukakan untuk
kepentingan umat seluruhnya.
Sebagai
orang yang taat menjalankan agama Islam, Zia sebenarnya tidak sepenuhnya setuju
terhadap pembaharuan yang hanya mencomot ide-ide Barat tanpa sikap kritis.
Itulah sebabnya dia lebih melihat kesesuaian antara kepentingan rakyat dengan
ide pembaharuan yang datangnya dari Barat. Dalam hal demikian, ia juga tidak
sependapat dengan orang yang mengatakan bahwa agama Islam dapat dianggap sebagai
penghalang kemajuan.
b.
MIDHAT
PASYA
Beberapa
langkah pembaharuan itu, seperti memperkecil kekuasaan kaum eksekutif dan
memberikan kekuasaan lebih besar kepada kelompok legislatif. Golongan ini juga
berusaha menggolkan sistem konstitusi yang sudah ditegakkan dengan memakai
istilah terma-terma yang islami, seperti musyawarah untuk perwakilan rakyat,
bai’ah untuk kedaulatan rakyat dan syariah untuk konstitusi. Dengan usaha ini
sistem pemerintahan Barat lambat laun dapat diterima kelompok ulama dan Syaikh
Al-Islami yang sebenarnya banyak menentang ide pembaharuan pada masa
sebelumnya.
c.
NAMIK
KEMAL
Namik
Kemal banyak dipengaruhi oleh pemikiran Ibrahim Sinasih (1826-1871) yang
berpendidikan Barat dan banyak mempunyai pandangan modernism. Walaupun begitu ia
masih menjunjung tinggi moral Islam dalam ide-ide pembaharuannya.
Menurutnya
Turki saat ini mundur karena lemahnya politik dan ekonomi. Untuk bisa memajukan
ekonomi dan politik Turki harus ada perubahan dalam sistem pemerintahan. Untuk
mewujudkan sistem pemerintahan yang ideal, penguasa harus menjunjung tinggi
kepentingan rakyat. Karena kepentingan rakyat menjadi asas negara, maka negara
mesti demokratis, yaitu pemerintahan yang didasarkan atas dukungan dan
kepentingan. Yang dikehendaki oleh Nanik
Kemal
adalah pemerintahan demokrasi dan pemerintahan serupa ini menurut pendapatnya
tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Negara Islam yang dibentuk dan dipimpin
oleh empat khalifah besar, sebenarnya mempunyai corak demokrasi. Sistem bai’ah
yang terdapat dalam pemerintahan Khilafah pada hakikatnya merupakan kedaulatan
rakyat. Melalui bai’ah rakyat menyatakan persetujuan mereka tas pengangkatan
khalifah yang baru. Dengan demikian. bai’ah merupakan kontrak sosial dan
kontrak yang terjadi antara rakyat dan khalifah itu dapat dibatalkan jika
khalifah mengabaikan kewajiban-kewajibannya sebagai Kepala Negara.
E.
TURKI
MUDA
Setelah
dibubarkannya parlemen dan dihancurkannya gerakan Usmani Muda, maka Sultan
Abdul Hamid memerintah dengan kekuasaan yang lebih absolut. Kebebasan berbicara
dan menulis tidak ada. Dalam suasana yang demikian timbullah gerakan oposisi
terhadap pemerintah yang obsolut Sultan Abdul Hamid sebagaimana halnya di zaman
yang lalu dengan Sultan Abdul Aziz. Gerakan oposisi dikalangan perguruan
tinggi, mengambil bentuk perkumpulan rahasia, dikalangan cendekiawan dan
pemimpin-pemimpinnya lari ke luar negeri dan disana melanjutkan oposisi mereka
dan gerakan di kalangan militer menjelma dalam bentuk komite-komite rahasia.
Oposisi berbagai kelompok inilah yang kemudian dikenal dengan nama Turki Muda.
Tokoh-tokoh Turki Muda, antara lain adalah Ahmad Riza (1859-1930), Mehmed Murad (1853-1912) dan Pangeran Sahabuddin (1887-1948).
Tokoh-tokoh Turki Muda, antara lain adalah Ahmad Riza (1859-1930), Mehmed Murad (1853-1912) dan Pangeran Sahabuddin (1887-1948).
a.
AHMAD
RIZA
Pembaharuan
yang dilakukan oleh Ahmad Riza antara lain adalah ingin mengubah pemerintahan
yang absolut kepada pemerintahan konstitusional. Karena menurutnya akan
menyeleamatkan Kerajaan Usmani dari keruntuhan adalah melalui pendidikan dan
ilmu pengetahuan positif dan bukan dengan teologi atau metafisika. Adanya dan
terlaksananya program pendidikan yang baik akan berhajat pada pemerintahan yang
konstitusional.
b.
MEHMED
MURAD (1853-1912)
Ia
berpendapat bahwa bukanlah Islam yang menjadi penyebab mundurnya Kerajaan
Usmani, dan bukanlah pula rakyatnya, namun sebab kemunduran ituterletak pada
Sultan yang memerintah secara absolut. Oleh karena itu, menurutnya kekuasaan
Sultan harus dibatasi. Dalam hal ini dia berpendapat bahwa musyawarah dalam
Islam sama dengan konstitusional di dunia Barat.
Ia
mengusulkan didirikan satu Badan Pengawas yangtugasnya mengawasi jalannya
undang-undang agar tidak dilanggar oleh pemerintah. Disamping itu diadakan pula
Dewan syariat agung yang anggotanya tersusun dari wakil-wakil negara islam di
Afrika dan Asia dan ketuanya Syekh Al-Islam Kerajaan Usmani.
c.
PANGERAN
SAHABUDDIN (1887-1948)
Menurutnya
yang pokok adalah perubahan sosial, bukan penggantian Sultan. Masyarakat Turki
sebagaimana masyarakat Timur lainnya mempunyai corak kolektif, dan masyarakat
kolektif tidak mudah berubah dalam menuju kemajuan. Dalam masyarakat kolektif
orang tidak percaya diri sendiri, oleh karena itu ia tergantung pada kelompok
atau suku sedangkan masyarakat yang dapat maju menurutnya adalah masyarakat
yang tidak banyak bergantung kepada orang lain tetapi sanggup berdiri sendiri
dan berusaha sendiri untuk mengubah keadaannya.
3) ISLAM di MASA SEKARANG
A. JUMLAH PENDUDUK ISLAM di TURKI
Islam adalah agama
terbesar di Turki sejak
zaman Kesultanan Utsmaniyah menguasai Turki pada tahun 1400-an pemeluk Islam di Turki semakin
banyak. Kini sekitar 99,8% penduduk Turki adalah Muslim, Kebanyakan Muslim di Turki adalah Sunni dengan 70-80%, sisanya adalah Alevis dan Syiah dengan 20-30%.[1][2] Ada
juga pengikut Dua Belas Imam dengan 3%.
Sekitar 99%
penduduknya adalah Muslim walaupun tidak pernah ada kajian mengenai ketepatan nisbah ini. Menurut
tinjauan Eurobarometer, umat Islam terdiri dari 94% jumlah
penduduk Turki[1].
bagaimanapun, menurut buku fakta CIA World, 99.8% dari penduduk Turki
merupakan Muslim.
Kebanyakan
umat Islam di Turki adalah Sunah Waljamaah
membentuk sekitar 85% dan kedua besar mazhab bukan-Islam adalah Alevi yang bukan Muslim Syiah, mereka membentuk sekitar 20%
penduduk Turki sendiri (15 juta).
B. KOTA-KOTA PUSAT AGAMA ISLAM
Istanbul
Istanbul, yang kata orang sebagai miniatur Turki. Selain
sebagai salah satu pusat budaya Islam, Istanbul juga merupakan pintu gerbang negara
itu serta salah satu kota tertua di dunia. Pada 1453, Konstantinopel jatuh ke
tangan Khalifah Usmaniyah, yang waktu itu kekuasaannya sudah merajalela hingga
Anatolia dan Semenanjung Balkan. Dalam suatu perebutan kekuasaan yang sangat
dramatik, Sultan Mahmud II berhasil merebut Kota Konstantinopel dengan mudah.
Ia lalu mengganti nama kota itu dengan Istanbul, dan menjadikannya sebagai
pusat pemerintahan sekaligus pusat budaya bagi kekhalifahan Turki Usmani.
C.
PENINGGALAN-PENINGGALAN ISLAM
Sedikit
contoh peninggalan Islam di Turki:
a.
Masjid Aya Sophia
Namanya Museum Aya Sofia. Sebelum menjadi museum, bangunan
ini dulunya adalah masjid. Dan sebelum menjadi masjid, ia adalah gereja yang
bernama Haghia Sopia yang dibangun pada masa Kaisar Justinianus (penguasa
Bizantium), tahun 558 M. Arsitek Gereja Hagia Sophia ini adalah Anthemios dari
Tralles dan Isidorus dari Miletus.
Usia bangunan ini sudah sangat tua, sekitar lima abad.
Bangunan ini merupakan kebanggaan masyarakat Muslim di Istanbul, Turki. Keindahan
arsitekturnya begitu mengagumkan para pengunjung. Karenanya, jika berkunjung ke
Istanbul, belum lengkap tanpa melihat kemegahan Aya Sofia.
b.
Masjid Al-Fatih
Masjid Fatih
dibangun atas perintah Sultan Mehmed Fatih Sang Penakluk from 1463-1470, di
situs dari mantan Bizantium Gereja Para Rasul Suci , yang reruntuhan menjabat sebagai
tambang untuk memasok bahan bangunan untuk masjid baru.
c.
Benteng Ajyad
Benteng Ajyad merupakan benteng yang dibangun penguasa Turki
Usmani di kota Mekkah pada 1775 M. Benteng tersebut dibangun untuk melindungi
Ka'bah dan kota Mekkah dari serangan para pendatang. Benteng ini meliputi 23
ribu meter persegi pegunungan Bulbul. Namun benteng tersebut sudah dimusnahkan
pada tahun 2002 yang lalu untuk sebuah proyek pembangunan Abraj Al Bait Towers
yang terdiri dari apartemen, hotel bintang lima, maupun pusat perbelanjaan.
Pemusnahan Benteng Ajyad yang memiliki nilai sejarah tinggi
bagi umat Muslim diprotes keras oleh pemerintah Turki. Namun pemerintah Saudi
Arabia tetap memperbolehkan kelanjutan proyek itu. Selain itu, meskipun benteng
Ajyad memiliki nilai historis tetapi benteng tersebut tidak termasuk
bangunan-bangunan bersejarah yang dilindungi oleh UNESCO.
BAB III
KESIMPULAN
Jadi,
Islam sudah masuk ke daerah Turki mulai abad Hijriyah dan Islam berkembang
dengan pesat, bangsa Turki mencapai puncak kemegahan dari tahun 1520-1566
kemudian mendapat gelar orang sakit (The Sick Men) karena bangsa Turki akhirnya
juga lumpuh pada abad ke-19.
Dari
uraian di atas dapat kami simpulkan bahwa pemabaharuan-pembaharuan yang
dilakukan oleh Sultan Mahmud II merupakan landasan atau dasar bagi pemikiran
dan usaha pembaharuan selanjutnya, antara lain : pembaharuan tanzimat,
pembaharuan di kerajaan usmani abad ke-19 dan Turki abad ke-20. Dimana tanzimat
yang dimaksudkan adalah suatu usaha pembaharuan yang mengatur dan menyusun
serta memperbaiki struktur organisasi pemerintahan tetapi tanzimat ini belum
berhasil seperti yang diharapkan oleh tokoh-tokoh penting tanzimat, yaitu
Mustafa Rasyid Pasya, Mustafa Sami, Mehmed Sadek, Rif’at Pasya dan Ali Pasya.
Kemudian dilanjutkan dengan pembaharuan Usmani Muda, dimana usaha-usaha pembaharuannya adalah untuk mengubah pemerintahan dengan sistem konstitusional tidak dengan kekuasaan absolut setelah dibubarkannya parlemen dan dihancurkannya usmani muda dilanjutkan dengan pembaharuan turki muda.
Kemudian dilanjutkan dengan pembaharuan Usmani Muda, dimana usaha-usaha pembaharuannya adalah untuk mengubah pemerintahan dengan sistem konstitusional tidak dengan kekuasaan absolut setelah dibubarkannya parlemen dan dihancurkannya usmani muda dilanjutkan dengan pembaharuan turki muda.
DAFTAR PUSTAKA
A.Syalabi, 2000, Sejarah
dan Kebudayaan Islam III. Jakarta: Al-Husna Zikra
Abu Ayuhbah, M.M
(1994). Kitab Hadits Shahih Yang Enam. Jakarta : Litera AntarNusa
Al-Mawardi, Abu
Al-Hasan,Tt, Cendikiawan Muslim.[Online].
Tersedia:http://id.wikipedia.org [20 agustus 2009] Amin, Husain Ahmad. 2000. Seratus
Tokoh dalam Sejarah Islam. Bandung: Remaja Rosda Karya
Ash-Shiddieqy,
T.M.H. (1971). Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Hukum Islam. Jakarta :
Bulan Bintang.
Ash-Shiddieqy,
T.M.H. (1993). Ilmu-Ilmu Alquran. Jakarta : Bulan Bintang.
As-Shobuni, M.A.
(1985). At-Tibyan fi 'Ulumil Quran.
Bairut : 'Alimul Kitab
El-Saha.M.Ishom ,2002, 55 Tokoh Muslim
Terkemuka.Jakarta:Darrul Ilmi
Ishom, M. dan
Hadi, Saiful. (2004). Profil Ilmuan Muslim Perintis Ilmu Pengetahuan Modern.
Jakara: Fuzan Intan Kreasi.
Kamiluddin, U.
(2006). Menyorot Ijtihad Persis. Bandung : Tafakkur.
Masur, Hasan.
Khoiruddin,Abdul Wahhab. Addinul Islamy. Gontor Press: Ponorogo.
Mudzakir, A.S.
(2004). Studi Ilmu-Ilmu Qur'an. Jakarta : Lintera Antar Nusa
Murtiningsih, W.
(2008). Biografi Para Ilmuan Muslim. Yogyakarta: Insan Madani.
Musthofa,
S.(1987).The science of islam. [Online]. Tersedia di
http://www.ilmuilmuislam.com [20 Agustus 2009]
Osman, Latif. Ringkasan
Sejarah Islam. Widjaya Jakarta. 2000: Jakarta
Syafi’I Arkom.
(2009). Blogs Ilmuan Muslim. [Online]. Tersedia:
http://id.wordpress.com/tag/ilmuwan-muslim/. [ 09 November 2009].
Tim Penyusun
Tarikh 'Gontor'. Tarikh Islam 1. Gontor Press. 2004: Ponorogo
Triatmojo. (2006).
Sejarah Ibnu Sina. [Online]. Tersedia:
http://triatmojo.wordpress.com/2006/10/06/ibnu-sina/. 2009.
www.alquran-indonesia.com.
Download: Jumat/2 Oktober 2009
www.wikipedia.org.
Download: Jumat/2 Oktober 2009
[1]
Yusran Asmuni. PengantarStudi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia
Islam. (Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada.1998) hal. 11-12
[2]
Ibid. hal 14-15
[3]
Harun Nasution. Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan. (Jakarta
: PT. Bulan Bintang. 2003) hal. 83
[4]
Harun Nasution. Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan. (Jakarta
: PT. Bulan Bintang. 1996) hal;93
[5]
Ibid. hal. 95
[6]
Yusran Asmuni. Loc. Cit. hal. 19-21
[7]
Ibid. hal.21
[8]
Muhammad Al-Bahy. Pemikiran Islam Modern. (Jakarta : Pustaka Panjimas. 1986)
hal. 97
[9]
Yusran Asmuni. Op. Cit. hal 22
[10]
Muhammad Al-Bahy. Loc. Cit. hal 99
[11]
Ibid. hal 100
[12] Hamka.
Sejarah Umat Islam. (Singapura : Pustaka Nasional. 2005) hal. 603
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/196503141992031-TATANG/Tarikh_Islam/%286%29_Sejarah_Turki_Usmani.pdf
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/196503141992031-TATANG/Tarikh_Islam/%286%29_Sejarah_Turki_Usmani.pdf
http://sejarah
islam/makalah-pmdi-pembaharuan-islam-di-turki.html
0 komentar:
Posting Komentar